Jakarta, CNN Indonesia -- PT BNP Paribas Investment Partners optimistis aliran masuk dana repatriasi dari hasil program amnesti pajak bakal menggairahkan bursa saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal menembus level 5.600 pada akhir tahun ini.
Presiden Direktur BNP Paribas, Vivian Secakusuma menyatakan, hingga akhir tahun IHSG akan berada pada level sekitar 5.400 sampai 5.600. Hal ini dipengaruhi oleh keberhasilan program amnesti pajak dalam menjaring masuk dana repatriasi, yang sejauh ini sudah hampir mencapai Rp100 triliun.
"Jadi harusnya ke depannya sendiri kalau sentimennya bisa lebih positif maka pelaku pasar juga positif sehingga tidak ragu melakukan kegiatan lebih aktif lagi. Kalau positif roda perekonomian lebih berputar karena orang tidak ragu untuk mengeluarkan uang untuk melakukan sesuatu," ucap Vivian, Selasa (4/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati demikian, ia melihat tetap akan ada beberapa sektor yang mengalami perlambatan, misalnya saja sektor pertambangan. Hal ini karena sektor tersebut erat kaitannya dengan permintaan dan ekonomi global yang amsih lesu.
"Kalau permintaan secara global tergantung dengan perekonomian global itu sendiri yang juga belum benar-benar pulih. Kalau di sana secara global belum mengalami perbaikan, ya wajar-wajar saja kalau masih ada siklus naik turun," paparnya.
Secara khusus, Vivian merekomendasikan saham-saham sektor perbankan serta sektor konsumsi dan barang untuk dijadikan sasaran investasi. Pasalnya, kedua sektor tersebut erat kaitannya dengan kebutuhan dasar masyarakat.
"Pokoknya sektor yang jadi dasar-dasar orang tetap harus pakai," imbuhnya.
Sasaham-saham sektor infrastruktur dan properti juga disarankannya untuk diperhatikan. Hal ini sejalan dengan keyakinannya, bahwa kedua sektor tersebut akan tumbuh dalam waktu dekat seiring dengan upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur dengan mengandalkan keberhasilan amnesti pajak.
"Potensi ada tapi tidak secepat itu, kalau bicara saham tidak bisa ngomong satu atau dua bulan, efeknya tidak secepat itu tapi kedepannya harusnya positif. Karena kan suku bunga turun terus, inflasi terkendali. Nah biasanya nasabah juga akan mempertimbangkan beli rumah ini itu, itu adalah yang bisa mendukung sektor properti," paparnya.
Namun, Vivian menegaskan, pasar saham dalam negeri masih akan ada resiko terkoreksi dari sentimen luar negeri, khususnya terkait rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral dan pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
"Makanya kami lihat kami perkirakan dari adanya penurunan suku bunga dari domestik harusnya dapat membantu pertumbuhan pasar dalam negeri juga, tapi tetap dalam jangka pendek ada volatilitas," pungkas Vivian.
(ags)