Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Mandiri Tbk menyiapkan dana siaga sebesar Rp15 triliun guna mengantisipasi melonjaknya rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tahun ini. Alokasi dana cadangan tersebut mempertimbangkan risiko kredit macet yang berpotensi meningkat akibat perlambatan ekonomi global dan domestik.
Siddik Badrudin, Direktur Risk And Complience Bank Mandiri mengatakan, dana cadangan sebesar Rp15 trilun itu diambil dari laba perseroan guna mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat kredit macet. Strategi ini diambil perseroan sebagai respons atas perlambatan ekonomi yang diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir tahun ini.
"Pencadangan tetap sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) pencadangan sampai Rp15 triliun full year," ujar Siddik, Kamis (13/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping menyisihkan dana cadangan, lanjut Siddik, Bank Mandiri juga berupaya melakukan restrukturisasi kredit nasabah yang bermasalah.
Pada semester I 2016, laba Mandiri turun 28,7 persen menjadi Rp7,08 triliun, dari pencapaian kuartal I tahun lalu Rp9,92 triliun. Penurunan laba terjadi salah satunya akibat naiknya NPL, dari 2,43 persen menjadi 3,86 persen.
Pada periode yang sama, biaya pencadangan Bank Mandiri juga naik menjadi Rp9,9 triliun, dari sebelumnya Rp4 triliun. Adapun laba operasional sebelum pencadangan Mandiri semester I 2016 sebesar Rp19,3 triliun atau tumbuh 13,3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
siddik mengakui, cukup sulit bagi bank Mandiri untuk menurunkan rasio NPL menjadi di bawah 3 persen hingga kuartal terakhir tahun ini. Pasalnya, beberapa sektor yang menjadi sasaran kredit bank berlogo pita kuning itu rata-rata masih mengalami perlambatan, seperti komoditas dan pertambangan.
"Tapi ini juga tergantung dari seberapa cepat dari pemulihan di perekonomian Indonesia di 2017. Dan perekonomian Indonesia juga tergantung dari ekonomi global. Kalau misalnya global ekonomi membaik, saya kira ekonomi kita akan membaik," jelasnya.
(ags/gen)