Harga Batu Bara Naik, United Tractor Incar Penjualan Naik 11%

Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Sabtu, 05 Nov 2016 05:45 WIB
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan mencapai US$69,07 per ton pada Oktober 2016.
Ilustrasi alat berat. (Dok. Astra International).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT United Tractor Tbk (UNTR) mengincar pertumbuhan penjualan alat berat sebesar 11 persen di tahun depan. Optimisme ini berangkat dari tren pemulihan harga batu bara.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan mencapai US$69,07 per ton pada Oktober 2016. Tak heran, salahsatu bisnis PT Astra International Tbk (ASII) yang bergerak di lini alat berat cukup percaya diri menjalani tahun ayam api.

Kendati demikian, Direktur Keuangan United Tractor Iwan Hadiantoro mengaku, tak sepenuhnya senang dengan kenaikan harga batu bara. Pasalnya, ia menilai, kenaikan harga batu bara cukup signifikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Biasanya, itu nggak akan berklanjutan karena cepat naiknya. Penyebab satu-satunya itu volatile China. Supply mengalami penurunan karena China membuat perubahan pada regulasi, sehingga produksi China turun secara signifikan. Banyak tambang-tambang yang sudah tutup, akibatnya harga jadi naik,” papar Iwan di Bogor, Jumat (4/11).

Ia berharap, paling tidak tahun depan harga batu bara dapat kembali wajar bertengger pada angka US$70 per metric ton. Apabila hal itu terjadi, maka kinerja United Tractor yang melambat sejak akhir tahun hingga akhir September 2016 bisa kembali membaik dengan naiknya penjualan alat berat. Hal ini dikarenakan hampir 50 persen penjualan alat berat perusahaan berasal dari sektor tambang.

Sementara itu, sisanya akan ditopang dari bisnis sektor konstruksi. Sayangnya, sektor konstruksi begitu kompetitif karena perusahaan sendiri menyediakan alat yang premium dengan harga yang tak murah, sedangkan di luar sana banyak kompetitor yang menjual alat berat dengan harga dibawah harga yang diberikan oleh United Tractor. 

“Sejak tambang lemah, kami juga masuk ke konstruksi. Tetapi, saingannya berat terutama dengan pemain-pemain kecil, misalnya dengan principal dari China, Korea, dan Jepang,” ungkap Iwan.

Asal tahu saja, hingga September ini penjualan alat berat United Tractor turun 12 persen menjadi 1.588 unit dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 1.799 unit. Kontribusi terbesar dari perolehan tersebut disumbang oleh sektor konstruksi, yakni 49 persen. Kemudian, diikuti sektor pertambangan 26 persen, sektor kehutanan 16 persen, dan sektor perkebunan sembilan persen.

Penurunan tersebut mengakibatkan pendapatan bersih perusahaan melorot 11 persen menjadi Rp33,9 triliun. Tak heran, jika laba bersih perusahaan ikut turun 44 persen menjadi Rp3,1 triliun. 

Selain menargetkan pertumbuhan penjualan alat berat, lanjut Iwan, perseroan juga menargetkan market share perusahaan mencapai 36-37 persen atau sama seperti yang terjadi pada 2015 lalu. Untuk tahun ini, perusahaan memprediksi market share sekitar 33-34 persen.

“Market share tahun ini target 33-34 persen, tahun depan naik mau seperti tahun lalu,” imbuh Iwan.

Sebagai informasi, perusahaan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) hingga akhir tahun sebesar US$200 juta. Rencananya, perusahaan akan menaikkan capex tahun depan sekitar 20-30 persen untuk berbagai kebutuhan ekspansi perusahaan. Sayangnya, pihak United Tractor enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai rencana tahun depan.  

Yang pasti, United Tractor tengah berusaha menaikkan kontribusi bisnis diluar pertambangan menjadi 40 persen terhadap pendapatan yang diraih perusahaan. Sementara, saat ini bisnis pertambangan masih berkontribusi sebesar 85 persen dan sisanya diluar bisnis pertambangan. Namun, hal tersebut dinilai tak mudah, sehingga akan dilakukan secara bertahap dan merupakan rencana jangka panjang. (bir)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER