Pertamina Klaim Ditunjuk ESDM Garap Kilang Bontang

CNN Indonesia
Rabu, 09 Nov 2016 09:43 WIB
Manajemen Pertamina menyebut Kementerian ESDM sudah setuju mengubah skema pembangunan kilang Bontang menjadi penunjukkan langsung.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi menyebut Kementerian ESDM sudah setuju mengubah skema pembangunan kilang Bontang menjadi penunjukkan langsung. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) mengatakan telah menerima restu pemerintah untuk menggarap kilang Bontang, setelah pemerintah mengubah skema pembangunan dari Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) menjadi penugasan khusus kepada perseroan.

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, keputusan itu datang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara lisan pada awal pekan ini. Dengan ditunjuknya Pertamina, maka perseroan siap mencari mitra bersama menggarap kilang yang rencananya berlokasi di Kalimantan Timur tersebut.

Namun, pencarian mitra akan dilakukan setelah perseroan mendapat surat resmi dari Kementerian ESDM. Jika surat sudah keluar, mitra sudah bisa didapatkan dalam waktu tiga hingga empat bulan saja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kami akan cari partner lagi, seperti yang kami lakukan untuk Grass Root Refinery (GRR) Tuban bersama Rosneft,” jelas Rachmad, kemarin.

Ia melanjutkan, seleksi mitra nantinya juga akan dilakukan dengan proses lelang. Menurutnya, saat ini sudah banyak perusahaan yang berminat menjadi mitra perusahaan untuk membangun kilang Bontang. Namun, saat ini Pertamina tengah mempertimbangkan kecakapan teknis dan finansial masing-masing calon peserta tender.

Selain itu, tak menutup kemungkinan perusahaan kembali mengundang Rosneft dalam menggarap kilang Bontang.

“Sudah ada yang berminat dari berbagai negara. Tentu shortlist harus matang-matang dipertimbangkan, karena syarat pembangunan kilang baru berbeda dengan proyek penambahan kapasitas dan kompleksitas kilang existing kami (Refinery Development Master Plan/RDMP). Nilai investasinya pun besar,” lanjutnya.

Jika calon sudah didapatkan, maka pengerjaan kilang Bontang paling cepat bisa dimulai pada 2017. Pasalnya, Pertamina mengejar target penyelesaian kilang tersebut pada 2023 mendatang.

“Kami berharapnya akhir Maret sudah dapat mitra. Timeline-nya nanti kami lihat lagi,” jelasnya.

Di sisi lain, Kementerian ESDM malah mengaku belum memberi penugasan khusus pembangunan kilang Bontang terhadap Pertamina.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas, Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, Setyorini Tri Hutami menjelaskan, sejauh ini skema kilang Bontang masih berbentuk KPBU.

“Yang kami tahu skemanya masih berbentuk KPBU,” ujarnya melalui pesan singkat.

Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar berharap kilang Bontang bisa dikerjakan langsung oleh Pertamina karena Presiden Joko Widodo ingin kilang tersebut cepat selesai. Pasalnya, skema KPBU harus melalui alur yang panjang dibanding penugasan langsung, sehingga makin banyak waktu yang dibutuhkan hanya untuk membangun satu kilang.

“Skema KPBU itu sangat rigid, melibatkan konsultan, menyusun studi kelayakan (Feasibility Study/FS) juga lama. Sehingga, dalam diskusi sebelumnya, kami minta penugasan langsung (untuk kilang Bontang) seperti kilang Tuban,” jelas Arcandra beberapa waktu lalu.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 4 tahun 2016, kilang Bontang merupakan proyek strategis nasional yang dikerjakan dengan skema KPBU.

Kilang GRR Bontang rencananya didesain untuk kapasitas 300 ribu barel per hari. Proyek yang diestimasi menelan dana US$12 miliar hingga US$15 miliar tersebut merupakan satu dari dua kilang baru yang akan dibangun Pertamina dalam waktu 10 tahun mendatang.

Selain membangun dua kilang baru, Pertamina juga tengah mengembangkan empat kilang yang sudah ada (existing) yang terdapat di Balongan, Dumai, Cilacap, dan Balikpapan.

Jika dua kilang baru dan empat pengembangan kilang existing ini telah rampung, maka produksi perusahaan pelat merah tersebut bisa meningkat dari angka saat ini 850 ribu barel per hari menjadi 2,3 juta barel per hari mulai 2023.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER