Pertamina Yakin Kebijakan BBM Papua Tak 'Gerogoti' Keuangan

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 08 Nov 2016 20:12 WIB
Pertamina mengaku masih bisa menggunakan keuntungan yang didapat ketika perusahaan menjual BBM penugasan, yaitu Premium dan Solar di atas harga formula.
Pertamina mengaku masih bisa menggunakan keuntungan yang didapat ketika perusahaan menjual BBM penugasan, yaitu Premium dan Solar di atas harga formula. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) menjelaskan, kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga dan penahanan harga BBM penugasan di kuartal III 2016 tidak akan membuat keuangan perusahaan menjadi terpuruk di akhir tahun mendatang.

Wakil Direktur Utama Pertamina Ahmad Bambang menyebut, Pertamina masih bisa menggunakan keuntungan yang didapat ketika perusahaan menjual BBM penugasan, yaitu Premium dan Solar, di atas harga formula pada awal tahun ini.

Lebih lanjut menurutnya, saat ini hanya harga Solar saja yang berada di atas harga keekonomian. Namun, karena BBM jenis Solar masih disubsidi pemerintah, maka kerugiannya tidak ditanggung Pertamina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang ada penahanan harga BBM penugasan dan BBM satu harga, tapi kami masih ada keuntungan yang lain dari penjualan BBM di periode-periode sebelumnya. Jadi dampaknya ke keuangan Pertamina ya tidak terbebani," jelas Ahmad, Selasa (8/11).

Melengkapi ucapan Ahmad, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, bahwa efisiensi tetap menjadi kunci kinerja keuangan Pertamina pada tahun ini untuk mengimbangi banyaknya tugas Pertamina mengakomodasi kepentingan negara. Ia mengatakan, efisiensi Pertamina hingga kuartal III 2016 telah mencapai US$1,64 miliar, atau lebih tinggi dibanding target awal sebesar US$1,2 miliar.

Akibat efisiensi ini, Pertamina bisa membukukan laba bersih US$2,83 miliar sampai September 2016, atau naik dua kali lipat dibanding capaian 2015 sebesar US$1,42 miliar. Meski, pendapatan perseroan hingga kuartal III hanya US$26,62 miliar, atau menurun 16,81 persen dibanding periode sama tahun lalu US$32 miliar.

Sehingga, Pertamina masih bisa memupuk pundi-pundi kas untuk membiayai kegiatan operasional di kemudian hari.

"Sampai September kemarin, kami rasa kinerja dan operasi kami sudah cukup baik. Dengan kinerja keuangan seperti ini, kami bisa melaksanakan penugasan pemerintah seperti BBM satu harga atau ekspansi di segi bisnis," tambahnya.

Kendati demikian, Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman memprediksi jika laba perseroan tak akan bergerak signifikan hingga akhir tahun mendatang. Ia menyebut, perusahaan akan melakukan penurunan nilai aset (impairment) di sektor hulu pada akhir tahun, yang akan meningkatkan beban perusahaan.

Dengan demikian, maka nilai laba Pertamina dalam setahun penuh bisa saja terkoreksi ke bawah. Namun, ia berharap deviasinya tak terlalu jauh.

"Mungkin penyesuaian melalui impairment bisa mengubah laba di akhir tahun. Karena pada awalnya kami berasumsi harga minyak di kisaran US$50 per barel, namun nyatanya sepanjang tahun ini rata-rata hanya US$38 per barel," jelas Arief.

Satya W. Yudha, Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengapresiasi kinerja Pertamina yang berhasil membukukan laba bersih saat industri migas dunia terpuruk.

Sementara Berly Martawardaya, Analis Ekonomi Energi Universitas Indonesia mengatakan perolehan laba tersebut menandakan manajemen Pertamina berhasil melakukan upaya efisiensi di tengah harga  minyak dunia masih relatif rendah dan ekonomi global sedang lambat.

"Perlu dipertahankan ke depannya. Selain itu, pemerintah harus memberi dukungan bagi kelangsungan bisnis Pertamina agar bisa berkiprah di dunia internasional," kata Berly. (gir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER