Chatib Basri: Arus Modal Asing 2017 Bakal Lesu

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Kamis, 17 Nov 2016 08:53 WIB
Namun, mantan Menteri Keuangan ini memperkirakan, Indonesia tak akan mengalami capital outflow. Pasalnya, penawaran dari negara lain tak cukup bergairah.
Namun, mantan Menteri Keuangan ini memperkirakan, Indonesia tak akan mengalami capital outflow. Pasalnya, penawaran dari negara lain tak cukup bergairah. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri meramalkan, arus modal asing masuk atau capital inflow ke Indonesia pada tahun 2017 tak akan sebesar realisasi tahun 2016.

"Capital inflow masih ada walau tidak sebesar atau signifikan, seperti sembilan bulan awal di tahun 2016," ungkap Chatib dalam UOB Indonesia Economic Outlook 2017 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Rabu (16/11).

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat, sejak Januari-Oktober 2016, capital inflow Indonesia mencapai Rp154 triliun. Angka ini meningkat sekitar Rp31 trilun bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun begitu, setidaknya, Chatib memperkirakan, Indonesia tak akan mengalami capital outflow. Pasalnya, penawaran dari negara lain tak cukup bergairah.

"Investor di Amerika bunganya rendah, di Jepang negatif, Eropa negatif," kata Chatib.

Selanjutnya, dari sisi imbal hasil, setidaknya pemberian imbal hasil di Indonesia tak negatif sehingga masih relatif lebih baik bila dibandingkan negara lain.

Perkiraan capital inflow di tahun depan yang tak sebesar realisasi tahun ini, diyakini Chatib, tak hanya terjadi di Indonesia. Sebab, pengaruhnya berasal dari Negeri Paman Sam.

Chatib menyebutkan, pasca memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) ke-45 di Amerika Serikat (AS), Donald Trump dari Partai Republik langsung memberikan sentimen negatif kepada negara-negara emerging market.

Potensinya bahkan lebih parah, lanjut Chatib, bila Donald Trump benar-benar melaksanakan kebijakan-kebijakan yang disuarakannya saat masa kampanye.

"Kalau Trump bisa ekspansi fiskal, interest rate akan naik maka mungkin capital inflow ke emerging market tidak akan sebesar yang terjadi di dalam sembilan bulan terakhir," jelas Chatib.

Pengaruhnya, kata Chatib, tentu akan mempengaruhi posisi rupiah dihadapan dollar AS, yang diperkirakan akan membuat rupiah melemah.

Namun, Chatib justru menilai positif dampak pelemahan rupiah tersebut. Pasalnya, pelemahan rupiah justru baik untuk mendongkrak nilai ekspor Indonesia.

"Jangan khawatir, rupiah lemah itu bagus untuk ekspor kita. Hanya saja seberapa besar pelemahannya, Bank Indonesia (BI) tentu punya angka hitungannya," tutup Chatib. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER