Jakarta, CNN Indonesia -- Untuk merealisasikan cita-cita menjadi tulang punggung (
backbone) logistik nasional, PT Pos Indonesia (Persero) berencana merogoh kocek sebesar Rp1 triliun pada tahun depan. Dana tersebut akan digunakan perseroan untuk pengembangan teknologi informasi (TI).
Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsih Wahju Setijono mengatakan, pengembangan TI ditujukan untuk memanfaatkan industri e-
commerce yang berkembang dua tahun terakhir ini.
Ia menjelaskan, penetrasi dari industri e-
commerce saat ini baru 1 persen hingga 1,5 persen dari ritel ekonomi. Angka itu terpaut jauh jika dibandingkan dengan China yang sudah mencapai 12,4 persen dari ritel ekonomi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya, kita ini kan baru mulai dua atau tiga tahun ini, China sudah mulai 10 tahun lalu. Tetapi, apakah 10 tahun lagi kita bisa segitu, beda lagi. Kalau kita bisa minimal 20 persen aja, kan ritel ekonomi kita Rp10 triliun, itu berarti Rp2.000 triliun industri e-
commerce nya," ujar Gilarsih, Rabu (28/12).
Menurut Gilarsih, sebagai fasilitator dalam bidang logistik, manajemen membutuhkan investasi dalam membangun kompetensi untuk masuk ke e-
commerce. Ia menghitung, perseroannya bahkan membutuhkan Rp15 triliun hingga Rp20 triliun hingga tahun 2025 untuk menjadi tulang punggung logistik nasional dengan mengembangkan TI.
Sehingga, berbagai efisiensi tengah dilakukan Pos Indonesia untuk bisa mengembangkan bisnis intinya ke depan. Misalnya saja, dengan menjual seluruh kepemilikan sahamnya di Bank Mantap sekitar 20 persen kepada PT Taspen (Persero) dengan nilai Rp324 miliar.
Namun, jumlah tersebut nyatanya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan modal yang dibutuhkan perseroan untuk tahun depan. Makanya, Pos Indonesia kemungkinan besar juga akan melakukan peminjaman melalui bank mitra untuk menutupi kekurangannya.
"Jadi, apapun yang tidak relevan kami potong dulu lah. Nanti, kami juga cari dari macam-macam, pinjam bank atau melepas obligasi. Tapi melepas obligasi juga butuh waktu ya," terang dia.
Selain berinvestasi dalam hal teknologi, perusahaan logistik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini juga akan menambah ritel baru. Hanya saja, perseroan masih belum memiliki rencana yang matang untuk itu.