Alokasi Belanja Modal AirNav Tahun Ini Stagnan Rp2,2 Triliun
Dinda Audriene | CNN Indonesia
Jumat, 30 Des 2016 10:20 WIB
Bagikan:
url telah tercopy
Dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan sistem Jakarta Air Traffic Services Center (JATSC) di beberapa bandara di Indonesia bagian barat. (CNN Indonesia/Dinda Audriene Muthmainah).
Bogor, CNN Indonesia -- Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (AirNav Indonesia) mengalokasikan belanja modal tahun depan sekitar Rp2,2 triliun. Jumlah ini diprediksi stagnan dengan capital expenditure (capex) perseroan tahun ini.
Direktur Operasi AirNav Indonesia Wisnu Darjono mengatakan, dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan sistem Jakarta Air Traffic Services Center (JATSC) di beberapa bandara yang berada di Indonesia bagian barat.
"Selain JATS, beberapa tower (menara) juga akan dibangun pada 2017 mendatang,” ujarnya, Kamis (29/30).
Beberapa tower yang akan dibangun AirNav di antaranya, Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bandara Sepinggan di Balikpapan, Bandara Ahmad Yani di Semarang, Bandara R.H. Fisabilillah di Tanjung Pinang, Bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, dan Bandara Supadio di Pontianak.
Selain itu, Bandara Syamsuddin Noor di Banjarmasin, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Mathilda B di Saumlaki, Bandara Kertajati di Majalengka, dan Bandara Kulon Progo di Yogyakarta.
“Kemudian, menyiapkan sarana-sarana komunikasi juga. Nanti kami akan fokuskan dulu di Papua, di Indonesia bagian timur akan mendapatkan perhatian lebih," terang dia.
Menurut Wisnu, masih banyak bandara di Papua yang tak dipasangi flight tracker (ADS-B), sehingga bandara Papua tidak dapat terpantau secara maksimal. Oleh karenanya, AirNav menargetkan pemasangan sebanyak enam ADS-B di Papua tahun depan.
"Ini dilakukan agar kami juga bisa pantau, karena pesawat itu satu-satunya transportasi di Papua,” imbuhnya.
Sayangnya, Wisnu enggan merinci pembagian atau proporsi untuk penggunaan belanja modalnya tahun depan. Ia bilang, pengajuan belanja modal tersebut masih akan didiskusikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, beserta jajarannya di kementerian.
"Minggu depan baru akan dibahas pengajuan kami, semoga dikabulkan,” kata Wisnu.
Sementara itu, belanja modal yang telah digunakan sepanjang tahun ini, antara lain 30 persen untuk pengembangan atau pembelian alat pendukung navigasi. Bila ditotal, alat pendukung navigasi tersebut menghabiskan dana sebesar Rp682,8 miliar.
Kemudian, 27 persen atau Rp602,1 miliar digunakan untuk mengembangkan sistem komunikasi, 17 persen atau Rp380,9 miliar untuk otomasi, lalu Rp323,5 miliar atau setara dengan 14 persen digunakan untuk pengawasan, dan 12 persen atau Rp283,1 miliar untuk sistem navigasi.(bir)