Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan masih merencanakan impor gas alam cair (
Liquefied Natural Gas/LNG) demi mempercepat penurunan harga gas bagi industri. Padahal pemerintah sendiri memiliki catatan bahwa pasokan LNG dari produksi lapangan domestik masih banyak yang belum terserap.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan tahun ini masih ada 63 kargo LNG yang belum memiliki komitmen pembelian. Sebagian besar jumlah itu, lanjutnya, berasal dari kilang LNG Bontang yang dimiliki PT Badak NGL.
Melihat hal ini, bisa saja impor gas bagi industri tidak jadi dilakukan tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi tentu saja pelaksanaan impor ini akan dikaji lagi. Apakah tahun ini atau bagaimana. Dilihat dari beberapa faktor," ujar Wiratmaja di Gedung BKPM, Senin (30/1).
Salah satu pertimbangan di dalam melakukan impor adalah ketersediaan fasilitas regasifikasi LNG terapung (
Floating Storage Regasification Unit/FSRU). Saat ini, lanjutnya, Indonesia baru memiliki dua FSRU yang terletak di Lampung dan Muara Karang.
"Storage ini kan masih dua, dan itu sudah dipenuhi pasokan dari dalam negeri. Tentu kalau mau impor, maka dibutuhkan fasilitas pendukungnya," terangnya.
Adapun menurutnya, saat ini pemerintah tengah menyusun Standar dan Operasional Prosedur (SOP) untuk pelaksanaan impor gas yang didesain untuk dimulai pada 2019. Pasalnya, pada tahun itu Indonesia diperkirakan mulai akan mengalami defisit gas.
Menurut data Kementerian ESDM, defisit LNG tercatat sebesar 27 kargo pada 2019. Angka ini akan bertambah menjadi 90 kargo di tahun 2024 dan 101 kargo di tahun 2025 akibat belum masuknya gas dari blok Masela. Untuk mempersiapkan defisit tersebut, dibutuhkan investasi infrastruktur senilai US$48,2 miliar.
Sementara itu, defisit gas pada 2020 diperkirakan sebesar 2.502 MMSCFD. Angka ini kemudian akan meningkat menjadi 3.506 MMSCFD di tahun 2025 dan melonjak lagi 4.072 MMSCFD di tahun 2030.
"Tapi tahun depan, jumlah LNG yang uncommited diperkirakan akan terus menurun. Tahun 2019, mungkin sudah bisa impor karena defisit," jelasnya.
Sebelumnya, pemerintah berencana untuk mengimpor LNG demi mengefisienkan harga gas bagi industri. Namun menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, impor ini masih wacana dan akan dibawa ke rapat Kementerian Koordinator bidang Perekonomian.
"Kalau debatnya masalah harga, yang penting bersaing saja. Itu keputusannya dari Pak Menko Perekonomin seperti apa. Tapi kalau bisa bersaing, kalau perlu impor, ya impor," jelas Jonan, pekan lalu.
(gen)