Jakarta, CNN Indonesia -- Grup Astra, melalui PT Astratel Nusantara akhirnya menguasai 45 persen saham konsensi tol Cikopo-Palimanan (Cipali) setelah mencaplok bagian dari PT Saratoga Investama Sedaya Tbk dan PT Surya Semesta Internusa Tbk. Perseroan pun terpaksa menggelontorkan dana yang tak sedikit.
Direktur Astratel Nusantara Wiwiek Santoso mengatakan perseroan baru saja meneken perjanjian jual beli saham tol Cipali dengan PT Surya Semesta senilai Rp2,56 triliun. Jika transaksi tersebut rampung, maka perseroan akan menjadi satu-satunya pemegang konsensi selain operator.
“Kalau transaksi ini selesai, kami memiliki 45 persen saham konsensi di tol Cipali. Tapi masih ada beberapa kondisi yang harus diselesaikan. Perkiraan tiga bulan selesai,” ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Senin (30/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wiwiek mengungkapkan, demi mengejar ambisi mencaplok saham tersebut, perseroan pun harus mengucurkan dana yang sangat besar, bahkan di atas budget. Pasalnya, perseroan telah menggelontorkan dana besar saat mencaplok saham Cipali milik Grup Saratoga.
“Untuk akuisisi dari Saratoga saja sudah Rp2,5 triliun dan sekarang Rp2,5 triliun lagi. Ini sudah di atas budget sebesar 4 triliun,” ungkap Wiwiek.
Untungnya, lanjut Wiwiek, Grup Astra berani memberikan dana tambahan kepada perseroan untuk melancarkan manuver tersebut. Meski begitu, ia mengaku saat ini Astratel akan menahan ekspansi setelah mengerek budget.
“Saat ini kami tahan diri dulu. Sudah banyak budget yang keluar. Bahkan sudah tak ada badget lagi,” jelasnya.
Seperti diketahui, Surya Semesta akhirnya melego saham konsensi jalan tol Cipali ke tangan Grup Astra. Wakil Direktur Utama Surya Semesta Eddy Purwana Wikanta mengatakan terdapat rencana atas saham-saham milik PT Karsa Sedaya Sejahtera, entitas anak perseroan, dalam PT Baskhara Utama Sedaya dan hak atas kepentingan utang.
Adapun kepentingan utang tersebut dimiliki Karsa Sedaya terhadap Baskhara Utama dan PT Lintas Marga Sedaya, entitas anak dari Baskhara Utama yang 45 persen sahamnya dimiliki oleh Baskhara Utama.
Dalam perjanjian pertama, pihak yang bertransaksi adalah Karsa Sedaya selaku penjual dan Astratel Nusantara selaku pembeli. Adapun nilai transaksi disepakati sebesar Rp2,34 triliun. Eddy menjelaskan, keduanya tidak ada hubungan afiliasi.
“Tujuan transasksi adalah divestasi atas saham-saham dalam Baskhara Utama dan kepentingan utang yang dimiliki, untuk dapat memperoleh modal tambahan guna membuka peluang investasi baru. Penggunaan dana hasil transaksi ini belum ditentukan,” jelasnya dalam keterbukaan kepada Bursa Efek Indonesia, Senin (30/1).
Sehubungan dengan rencana penjualan saham tersebut, Eddy menyatakan pada tanggal 26 Januari 2017 pihaknya dengan Astratel telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat.
Sementara dalam perjanjian kedua, Eddy menjelaskan pihak yang bertransaksi adalah PT Nusa Raya Cipta Tbk selaku penjual, dan Astratel selaku pembeli. Adapun nilai transaksi yang disepakati sebesar Rp223 miliar.
(gir)