Jakarta, CNN Indonesia -- Saham di Asia naik tipis pada awal perdagangan Senin (6/2) karena Wall Street mengumpulkan momentum dalam minggu yang penuh laporan kinerja perusahaan, sementara dolar AS sedang tertatih-tatih oleh kurangnya kemajuan pada stimulus fiskal Negeri Paman Sam.
Seperti dilansir dari
Reuters, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik tipis 0,3 persen, dengan saham Australia menguat sebesar 0,5 persen.
Indeks Nikkei N225 Jepang naik 0,7 persen setelah menguatnya Wall Street. Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu Presiden AS Donald Trump pada tanggal 10-11 Februari, dimana perdagangan dan mata uang cenderung agenda pembahasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelaku pasar masih menakar langkah mengejutkan bank sentral China yang menaikkan suku bunga jangka pendek pada Jumat lalu.
Dengan kenaikan yang sederhana, mereka memperkirakan Pemerintah China berniat manahan arus keluar modal dan menekan risiko terhadap sistem keuangan yang disebabkan oleh era stimulus utang bahan bakar.
Ini adalah langkah pertama dalam tingkat repo sejak Oktober 2015.
"Perubahan ini adalah awal baru dan menunjukkan bahwa bank sentral akan mengubah tarif onshore lebih sering. Intinya adalah, untuk mencegah krisis uang tunai di tengah-tengah deleveraging dan gelembung keuangan yang mengempis di sektor-sektor tertentu," tulis analis di ANZ dalam sebuah catatan.
Di Wall Street, saham perbankan telah berakhir menguat setelah Presiden Donald Trump menahan kembali peraturan yang dimaksudkan untuk mencegah terulangnya krisis keuangan global.
Saham JP Morgan Chase ditutup naik 3,1 persen dan membantu mendorong indeks perbankan S&P naik 2,6 persen. Indeks Dow Jones naik 0,94 persen, sedangkan S&P 500 naik 0,73 persen dan Nasdaq menguat 0,54 persen.
(gir)