Satelit Telkom Bisa Bikin Turis Betah Liburan di Indonesia

Gentur Putro Jati | CNN Indonesia
Selasa, 07 Feb 2017 11:10 WIB
Telkom berencana meluncurkan satelit T3S untuk memperkuat dan memperluas layanan internet dan telekomunikasi sampai daerah wisata terpencil di Indonesia.
Telkom berencana meluncurkan satelit T3S untuk memperkuat dan memperluas layanan internet dan telekomunikasi sampai daerah wisata terpencil di Indonesia. (Dok. Ebbie Vebri Adrian)
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai rencana PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) meluncurkan Satelit Telkom 3S (T3S) dari Guyana Space Centre, Kourou, Perancis dalam waktu sepekan ke depan bisa membantu pertumbuhan industri pariwisata nasional.

Pasalnya layanan telekomunikasi yang menjadi bisnis utama Telkom dan anak usahanya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), akan lebih luas menjangkau daerah pariwisata terpencil yang selama ini belum memiliki infrastruktur telekomunikasi dan internet.

“Saya berharap satelit T3S dapat memberikan manfaat yang siginifikan bagi masyarakat Indonesia, khususnya mendongkrak ekonomi melalui sektor pariwisata di 10 destinasi prioritas pariwisata Indonesia,” kata Arief, Selasa (7/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan bos Telkom menuturkan, jika di daerah terpencil para turis asing bisa menikmati layanan telekomunikasi dan internet maka hal tersebut bisa membantu promosi destinasi wisata di Indonesia. Sebab turis tersebut bisa dengan mudah mengunggah keindahan tempatnya berlibur melalui media sosial miliknya.

Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Kristiono menambahkan, peluncuran satelit T3S oleh Telkom yang akan dilakukan 15 Februari 2017 mendatang merupakan bagian dari upaya menegakkan kedaulatan digital Indonesia.

“Kondisi geografis kepulauan yang dimiliki Indonesia akan mempersulit telekomunikasi tanpa infrastruktur satelit. Faktanya ada lebih dari 50 satelit asing yang footprint-nya masuk wilayah kedaulatan kita dibandingkan satelit milik perusahaan Indonesia yang hanya 10 persen,” tegasnya.

Kristiono menyebut saat ini Indonesia masih kekurangan sekitar 100 transponder satelit , baik komunikasi maupun penyiaran nasional. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut Indonesia harus menggunakan satelit asing. Alhasil, puluhan satelit asing beroperasi di Indonesia.

Permohonan hak labuh (landing right) satelit negara lain di Indonesia hingga semester I 2016 telah mencapai 31 unit. Angka ini telah meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan permohonan pada semester I 2015. Jumlah tersebut juga telah menyamai permohonan hak labuh satelit di Indonesia sepanjang 2015.

Direktur Network, IT, & Solution Telkom Abdus Somad Arief sebelumnya memprediksi kebutuhan bandwidth satelit terus meningkat. Walaupun di sisi lain jaringan tulang punggung pita lebar berbasis serat optik terus dibangun oleh Telkom dan operator lainnya bahkan oleh negara melalui proyek Palapa Ring.

“Penyebabnya karena kita ini negara kepulauan yang sangat besar dan luas,” katanya.

Dijelaskannya, kehadiran satelit T3S akan membuat slot orbit 118° Bujur Timur yang ditempatinya menjadi optimal karena membawa transponder yang beroperasi di Standard C-Band, Extended C-band, Ku-band dan Extended Ku-band.

“Ini artinya semua spektrum di slot itu kita optimalkan. Kehadiran satelit T3S juga otomatis akan menambah kapasitas satelit domestik dan mengurangi ketergantungan terhadap satelit asing,” kata pria yang kerap disapa Asa. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER