Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian meminta PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk mempercepat realisasi peningkatan produksi petrokimia. Untuk itu, perusahaan harus merealisasikan investasinya mulai tahun ini.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, percepatan perlu dilakukan demi mengurangi impor
cracker Indonesia sebagai bahan baku petrokimia.
Menurutnya, kapasitas
cracker Indonesia sebesar 900 ribu ton per tahun tertinggal jauh dengan Singapura atau Thailand yang masing-masing sebesar 3,8 juta ton dan 5 juta ton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, awalnya Chandra Asri mau selesai bangun pabriknya itu tahun 2026, tetapi kami minta tahun 2021 sudah bisa beroperasi," ujar Airlangga, dikutip Senin (13/2).
Rencananya, perusahaan petrokimia terbesar dan terintegrasi di Indonesia tersebut akan menggelontorkan dana sebesar US$6 miliar atau Rp80 triliun untuk peningkatan kapasitas produksi. Menurut Airlangga, perluasan investasi merupakan langkah strategis yang mampu mendorong percepatan pertumbuhan industri.
"Karena mereka yang
existing sudah punya kapasitas, sumber daya dan mengetahui pasar," ujarnya.
Bonus InvestasiUntuk mendukung percepatan realisasi tersebut, instansinya siap membantu Chandra Asri memperoleh insentif fiskal seperti
tax allowance dan
tax holiday. Asal, investasi itu siap dimulai pada tahun ini.
"Di samping itu, pemerintah bakal memberlakukan bea masuk
safeguard apabila terjadi banjir impor produk sejenis akibat dumping dari negara asalnya. Kita harus bisa lebih berani, biar
fair trade," tegas Airlangga.
Sementara itu, Vice President Corporate Relations Chandra Asri Suhat Miyarso menjelaskan, perseroan akan menanamkan modal sebesar US$50 juta di tahun ini. Uang itu akan digunakan untuk menambah kapasitas
butadiene sebesar 50 ribu ton per tahun dan
polietilene sebesar 400 ribu ton per tahun.
Ia melanjutkan, seluruh hasil produksi itu akan dialokasikan ke pasar domestik. Pasalnya, Indonesia selalu kekurangan bahan baku berupa kedua produk tersebut.
"Misalnya, kebutuhan untuk
ethylene tahun ini sebanyak 2 juta ton per tahun, sedangkan yang baru bisa dipenuhi dari dalam negeri sebanyak 860 ribu ton atau sekitar 40 persen," ungkapnya.
Chandra Asri optimis bisa memasok permintaan pasar lokal meski hanya satu-satunya perusahaan yang bisa memecah
naphtha di Indonesia.
Sebab, fasilitas baru nanti diproyeksikan dapat menghasilkan sebanyak 1,8 juta ton per tahun, atau dua kali lipat dari kapasitas produksi saat ini sebesar 900 ribu ton per tahun.
"Sementara, kebutuhan dalam negeri diperkirakan sekitar 1,6 juta ton per tahun," jelas Suhat.