Jakarta, CNN Indonesia -- Kenaikan harga saham emiten yang berada dalam sektor industri dasar sepanjang pekan lalu membuat indeks sektor tersebut berhasil menguat hingga 2,73 persen ke level 571,675 dari sebelumnya berada di level 556,492.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), jika dibandingkan dengan tujuh indeks sektor lainnya yang mengalami kenaikan, sektor industri dasar menjadi sektor yang mengalami kenaikan paling tinggi. Sementara itu, ada tiga sektor yang melemah diantaranya, sektor tambang, aneka industri, dan perdagangan.
Analis senior Binaartha Securities Reza Priyambada menilai, kenaikan indeks sektor industri dasar sepanjang pekan ditopang oleh kenaikan harga saham emiten PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, meski memang kenaikan indeks sektor industri dasar biasanya erat kaitannya dengan harga saham emiten semen. Namun, bukan berarti hanya emiten semen yang mendorong kenaikan industri dasar secara umum.
"Chandra Asri dan Barito Pacific ini kan kapitalisasi pasanya juga tinggi, otomatis kenaikan harga sahamnya mempengaruhi kenaikan indeks sektor industri," ungkap Reza kepada CNNIndonesia.com, dikutip Senin (13/2).
Kapitalisasi pasar Barito Pacific sendiri sebesar Rp16,54 triliun, sedangkan Chandra Asri sebesar Rp76,58 triliun. Sementara itu, jika dilihat harga saham keduanya memang mengalami peningkatan sepanjang pekan lalu. Untuk Barito Pacific, harga sahamnya naik hingga 19,69 persen sepanjang pekan lalu, kemudian Chandra Asri naik 3,21 persen.
"Kalau Barito Pacific ini naik karena manajemen perusahaan optimis kinerja 2016 dan 2017 akan membaik sehingga direspons positif oleh pasar, dan Chandra Asri sebagai anak usaha mengikuti sentimen positif tersebut," kata Reza.
Sementara itu, pergerakan saham Semen Indonesia sepanjang pekan lalu sebesar 5,12 persen. Namun, khusus untuk Indocement Tunggal tercatat turun sepanjang pekan lalu sebesar 2,1 persen. Jika dilihat pergerakan saham Indocement, sebenarnya harga terus bergerak naik sejak awal pekan hingga Kamis (9/2). Hanya saja, pada akhir pekan lalu harga sahamnya yang sudah naik tinggi hingga Rp15.975 anjlok ke level Rp15.100.
"Itu kelihatannya karena hanya teknikal saja, tidak ada pemberitaan yang signifikan juga sebenarnya. Kadang-kadang memang harga saham bisa turun drastis secara tiba-tiba tanpa ada penyebab pasti, tergantung investornya," papar Reza.
Namun, secara keseluruhan Reza menilai belum ada pemberitaan atau data yang spesifik atau baru yang membuat beberapa harga saham emiten tersebut menguat sepanjang pekan lalu.
"Kalau diperhatikan sebenarnya tidak ada informasi baru, terutama semen," imbuh dia.
Tak berbeda jauh dengan Reza, analis Trimegah Sekuritas Gina Novrina Nasution menilai, kenaikan indeks sektor industri disebabkan oleh pertukaran portofolio investasi yang dilakukan oleh investor. Menurutnya, belum ada informasi atau suatu pemberitaan aksi korporasi yang signifikan dari emiten yang berada di sektor tersebut, khususnya emiten semen.
"Rata-rata kan investor sudah punya saham di perbankan, konstruksi, dan properti. Nah sedangkan untuk tambang dan perkebunan kan sedang jatuh harganya jadi ganti portofolio saja. Belum ada data signifikan sebenarnya," ujar Gina.
Adapun, analis Danareksa Securities Lucky Bayu Purnomo memprediksi sektor industri dasar akan mengalami koreksi pada pekan ini karena pertumbuhan ekonomi tahun 2016 yang lebih rendah dari ekspektasi. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi secara akumulatif sebesar 5,02 persen, sedangkan pemerintah menargetkan 5,2 persen.
Dengan rendahnya pertumbuhan ekonomi, sambung Lucky, maka investor akan melihat apakah proyek infrastruktur di Indonesia masih akan berjalan lancar atau tidak. Hal ini disebabkan, saham emiten semen yang berada di bawah sektor industri dasar dan dinilai sebagai penggerak utama sektor tersebut sangat bergantung dari keberlangsungan proyek infrastruktur.
"Sektor ini kan lanjutan dari proyek properti, konstruksi. Kalau properti dan konstruksi menguat ya semen ikut menguat. Tapi rendahnya pertumbuhan ekonomi, orang melihat dulu apa PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau PT Waskita Karya (Persero) Tbk masih agresif bangun jalan tol," jelas Lucky.
Untuk pekan ini, Lucky merekomendasikan saham emiten perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).