Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan konstruksi PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengantongi kontrak baru sebesar Rp1 triliun sepanjang Januari 2017. Jumlah itu setara 4,65 persen dari target kontrak baru 2017 di luar proyek Light Rail Transit (LRT) senilai Rp21,5 triliun.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya, Ki Syahgolang Permata mengatakan, pada Januari 2017, perseroan mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp1,0 triliun. Realisasi perolehan kontrak baru di bulan Januari 2017 yang terbesar adalah Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Paket 1A (Rp299,7 miliar).
Selain itu, terdapat proyek Transmart Bekasi (Rp192,9 miliar), Apartemen Bintaro Pavillion (Rp135,4 miliar), Pembangunan Intake PDAM Bandarmasih Banjarmasin (Rp120,5 miliar), dan Proyek SPAM Kartamantul Jogjakarta (Rp78,6 miliar).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada Januari 2017 didominasi oleh lini bisnis konstruksi dan EPC [
Engineering, Procurement, Construction] sebesar 96,9 persen dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya," jelasnya dalam keterangan resmi, Kamis (2/3).
Ia menambahkan, berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari APBN/APBD tercatat 23,6 persen, BUMN sebesar 43,2 persen, sementara swasta/lainnya sebanyak 33,2 persen.
"Sedangkan pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung sebanyak 34,5 persen, proyek jalan dan jembatan 30,4 persen, serta proyek infrastruktur lainnya sebesar 35,1 persen," kata Ki Syahgolang.
Seperti diketahui, Adhi Karya sedang berjibaku untuk bisa menggarap proyek LRT. Perseroan setidaknya perlu mengajukan pinjaman ke perbankan dalam negeri sekitar Rp4 triliun tahun ini.
Uang tersebut diperlukan untuk menutup pendanaan awal proyek pembangunan kereta api jenis Light Rapid Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) yang diperkirakan menghabiskan Rp7 triliun di tahun ini.
"Adhi Karya sudah siap dengan urusan pendanaan itu (dari Rp7 triliun yang dibutuhkan). Dari obligasi dan perbankan," ucap Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto belum lama ini.
Secara rinci, dari kebutuhan pendanaan awal sebanyak Rp7 triliun tersebut, Adhi Karya telah memberikan sebanyak Rp2 triliun yang berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1,4 triliun dan Rp600 miliar kas perusahaan.