Incar Pembiayaan Rp20 T, Mandiri Tunas Finance Berbisnis Emas

Elisa Valenta Sari | CNN Indonesia
Rabu, 08 Mar 2017 13:15 WIB
Pembiayaan emas dinilai menjadi mesin penggerak pertumbuhan tahun ini. Selain potensinya besar, pemainnya masih didominasi oleh Pegadaian.
Pembiayaan emas dinilai menjadi mesin penggerak pertumbuhan tahun ini. Selain potensinya besar, pemainnya masih didominasi oleh Pegadaian. (CNN Indonesia/Elisa Valenta Sari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pembiayaan (multifinance) PT Mandiri Tunas Finanance (MTF) menargetkan mengucurkan pembiayaan sebesar Rp20 triliun di sepanjang tahun ini. Sebagai strategi, perseroan akan menggenjot lini bisnis barunya, yakni pembiayaan multiguna dan emas.

Wakil Direktur MTF William Francis Indra mengatakan, bisnis pembiayaan multiguna dan emas menjadi dua motor baru penggerak bisnis pembiayaan. Dalam jangka panjang, anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tersebut bermaksud menjadi perusahaan pembiayaan kelas kakap dengan aset dan portofolio terbesar.

"Kami melihat, tahun ini engine (mesin) berikutnya adalah emas. Diler pembiayaan emas melihat cukup menarik, karena selama ini hanya ada dua pemain besar, yaitu Pegadaian dan Bank Syariah Mandiri. Kami melihat datanya menarik," ujarnya, Rabu (8/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun, rencana masuk ke pembiayaan emas akan dimulai segera bulan ini dengan target awal pembiayaan mencapai 1 persen dari total pembiayaan perseroan di sepanjang tahun ini atau berarti sekitar Rp200 miliar.

"Kami akan mulai di Maret ini. Targetnya belum bisa nge-gas mungkin, sekitar 1 persen dari total pembiayaan tahun ini," jelasnya.

Pada 2016 lalu, MTF membukukan pembiayaan sebesar Rp18,63 triliun atau tumbuh 8,6 persen dari tahun sebelumnya, yakni Rp17,14 triliun. Kendati tumbuh single digit, tapi pencapaian perseroan masih lebih tinggi ketimbang realisasi industri multifinance yang cuma 6,67 persen.

Direktur Utama MTF Ignatius Susatyo Wijoyo merinci, dari total permbiayaan tahun lalu, di antaranya Rp14,73 triliun mengalir ke pembiayaan ritel. Sedangkan sisanya mengalir ke segmen korporasi.

"Penjualan mobil baru tahun lalu memang tidak menggembirakan. Tahun lalu, realisasi kami bisa dibilang lebih rendah dibanding dua tahun sebelumnya," terang dia.

Sementara, rasio pembiayaan bermasalah (NPF) MTF tercatat mencapai 1,49 persen per 31 Desember 2016. Pertumbuhan lending MTF yang sejalan dengan tingkat NPF yang terjaga itu menopang pertumbuhan laba bersih perseroan hingga 9,1 persen di akhir tahun lalu.

"Laba kami tumbuh menjadi Rp335 miliar pada Desember 2016, meningkat dari tahun lalu yang sebesar Rp307 miliar," pungkasnya. (bir/gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER