Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak kembali melorot pada Kamis (23/3) waktu Amerika Serikat (AS) seiring kekhawatiran investor bahwa kebijakan organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) tidak bisa menghalangi laju pertumbuhan persediaan minyak AS.
Dikutip dari Reuters, persediaan minyak mentah AS mencapai 533 juta barel pada pekan lalu setelah terdapat peningkatan tak terduga sebesar 5 juta barel menurut data Energy Information Administration (EIA).
Di samping itu, ekspor minyak Arab Saudi ke AS yang diperkirakan turun 300 ribu barel per hari mulai Februari silam. Malah berbalik naik 200 ribu barel per hari ke angka 1,28 juta barel per hari pada pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya, harga Brent menurun US$0,08 per barel ke angka US$50,56 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) turun US$0,34 per barel ke angka US$47,7 per barel.
Harga Brent telah merosot jauh dari titik tertingginya pada tahun ini yaitu US$58 per barel setelah kesepakatan pemangkasan produksi sebesar 1,8 juta barel per hari antara OPEC dan negara-negara non-OPEC mulai berlaku.
Diketahui, OPEC telah mematuhi perjanjian tersebut, namun negara-negara non-OPEC masih belum sepenuhnya menaati komitmennya.
Apalagi, produksi minyak non-konvensional AS kembali bergeliat setelah harga minyak bangkit dari US$30 per barel. Seiring meningkatnya pengeboran AS, maka kegiatan tersebut bisa menekan kembali harga minyak.
Untuk itu, menteri-menteri perminyakan dari negara anggota OPEC dan non-OPEC rencananya akan bertemu di Kuwait hari Minggu (26/3) mendatang untuk mempertegas komitmen pembatasan produksi.