Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, bersama dengan Direktur Utama PT. PELINDO ll/IPC, Elvyn G Masassya menyambut kedatangan Kapal terbesar pertama yang bersandar di dermaga pelabuhan milik Indonesia.
Kapal milik perusahan pelayaran asal Perancis, Compagnie Maritime d'Affretement - Compagnie Generali Maritime (CMA-CGM) ini untuk pertama kalinya bersandar di dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) pada 9 April 2017 lalu.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut kedatangan kapal peti kemas berukuran besar tersebut menunjukan semakin meningkatnya kemajuan Indonesia dalam hal sarana infrastruktur pelabuhan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kapal besar, setiap minggunya akan ada kapal ini, ada 17 kapal sejenis dengan berat sama yang bisa dilayani oleh pelabuhan kita," kata Budi Karya di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (23/4).
Kedatangan Kapal ini, menurut Budi selain menjadi tonggak kemajuan infrastruktur pelabuhan di Indonesia, hal ini juga harus menjadi pemicu untuk terus meningkatkan pelayanan infrastruktur pelabuhan. Bukan cuma di Tanjung Priok, tapi seluruh pelabuhan di Indonesia.
"Tentu harus terus ditingkatkan," kata Budi.
Sementara itu, Direktur Utama PT. PELINDO II/PC, Elvyn G Masassya mengatakan kapal berkapasitas lebih dari 100 ribu Gross Tone ini nantinya akan melayani rute Tanjung Priok-Los Angles dan sebaliknya. Dan akan terus berlayar setiap akhir pekan.
"Ini adalah kedatangan yang selama tiga pekan berturut, dan juga akan secara kontinyu datang dan sandar mingguan dengan rute LA-Tanjung Priok dan sebaliknya," kata Elvyn.
Lebih lanjut, Elvyn mengatakan, Kapal CMA CGM Otello berkapasitas 8.238 TEUs ini akan melayani servis baru yang diberi nama Java South East Asia Express Services/Java SEA Express Services (JAX Services).
Dengan rute Tanjung Priok ke West Coast sekitar Los Angeles dan Oakland, Amerika Serikat dan menggunakan sistem weekly call atau sandar mingguan secara rutin.
Tercatat total bongkar muat selama tiga pekan sejak pertama kali bersandar di Pelabuhan terus mengalami peningkatan dengan angka rata-rata 2100 TEUs. Hal ini menunjukkan adanya tanggapan positif dari para pengguna jasa pelabuhan yang merasakan efisiensi dalam hal biaya logistik pengiriman barang dari Tanjung Priok ke West Coast.
"Peningkatan dan tanggapan positif ini tentu semakin membuktikan kesiapan dan peranan Tanjung Priok sebagai pelabuhan transshipment port," kata Elvyn.
Oleh karena itu, IPC menurut Elvyn terus berkomitmen untuk memperbaharui dan meningkatkan pelayanan jasa kepelabuhanannya. Baik dengan mengubah pelayanannya menjadi pelayanan yang berbasis IT serta penyempurnaan infrastruktur dan supratuktur kepelabuhanan.
"Tujuan kita tak lain hanya untuk memberikan pelayanan terbaik pada pelanggan sehingga mampu bersaing dengan pelabuhan internasional Iainnya," kata dia.
Elvyn berharap, dengan adanya layanan atau service dengan menggunakan kapal berkapasitas 100 ribu GT ini dapat mempermudah konsumen pengguna jasa pelayaran serta meningkatkan efisiensi biaya logistik dan daya saing kinerja integrasi logistik.
"Bersama dengan kehadiran kapal ini kami berharap dapat menjadi pemicu hadirnya kapaI-kapal besar lainnya untuk singgah di Tanjung Priok. Sehingga, Pelabuhan Tanjung Priok akan dapat berkompetisi dan menjadi salah satu pilihan pelabuhan transhipment di kawasan Asia," kata Elvyn G.