Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berharap kinerja ekspor Indonesia mampu positif hingga akhir tahun, kendati pada April lalu mengalami penurunan sekitar 10,3 persen secara bulanan (
month-to-month/mtm).
Bahkan, menurut Darmin, kinerja ekspor Indonesia sampai akhir tahun nanti masih akan menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang ditargetkan mampu menembus angka 5,2 persen di penghujung 2017.
"Itu modal yang bagus untuk menaikkan penerimaan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar Darmin di kantornya, Senin (15/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darmin melihat, potensi pertumbuhan ekspor Indonesia sampai akhir tahun masih besar karena ada prediksi peningkatan nilai ekspor yang ditunjukkan dari sisi kinerja ekspor secara tahun berjalan (
year-to-date/ytd) dan secara tahunan (
year-on-year/yoy).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor Indonesia pada April 2017 memang turun menjadi US$13,16 miliar, dari sebelumnya mencapai US$14,67 miliar pada Maret 2017.
Hanya saja, kinerja ekspor April 2017 masih mencatatkan pertumbuhan secara tahun berjalan, yakni dari Januari-April 2017 yang mencapai US$53,86 miliar atau tumbuh sekitar 18,63 persen dibandingkan Januari-April 2016 yang hanya sebesar US$45,4 miliar.
Sementara, secara tahunan, ekspor April 2017 tumbuh 12,63 persen bila dibandingkan April 2016 yang senilai US$11,68 miliar.
"Ekspor kita naik walau dibandingkan Maret tidak. Tapi kalau dibandingkan secara tahunan, naiknya masih bagus. Apalagi kalau sejak awal tahun, Januari-April dibandingkan secara tahunan masih naik 18-19 persen," jelas Darmin.
Sementara, jika merujuk pada catatan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017, maka ekspor Indonesia memang mengalami pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan indikator pertumbuhan ekonomi lainnya.
Tercatat, sepanjang Januari-Maret 2017, ekspor tumbuh 8,04 persen. Diikuti oleh pertumbuhan indikator Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) tumbuh 8,02 persen, impor 5,02 persen, konsumsi rumah tangga 4,93 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4,81 persen, dan terakhir konsumsi pemerintah tumbuh 2,71 persen.