Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Terpilih Sandiaga Uno optimis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat mencapai 6.100 dalam waktu dekat. Salah satu katalis utamanya, yakni kenaikan peringkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P).
"Saya tadi melihat ini hari ke 100 trading di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sangat baik apalagi dengan S&P, indeks semoga 6.100 dalam waktu yang singkat," kata Sandiaga, Jumat (2/6).
Seperti diketahui, S&P telah mengerek peringkat utang luar negeri jangka panjang Indonesia menjadi BBB- dari BB atau layak investasi. Sementara
outlook yang disematkan adalah stabil. Kenaikan peringkat ini dilakukan pada Jumat (19/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan adanya peringkat tersebut, tentu menjadi sentimen positif bagi laju IHSG. Terbukti, tepat setelah pengumuman peringkat itu disebarkan, IHSG langsung naik tajam hingga mencapai 5.825.
Lebih lanjut Sandiaga menjelaskan, katalis lainnya yang akan mendorong IHSG ke level 6.100 dalam waktu dekat, yakni program pengampunan pajak atau amnesti pajak yang berakhir pada akhir Maret kemarin. Dengan adanya program tersebut, Indonesia akan kebanjiran modal dari dana repatriasi.
"Kemarin juga ada
tax amnesty. Saya sekarang tidak aktif di pasar modal tapi saya melihat potensi itu ada," jelas Sandiaga.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyebut, kenaikan peringkat oleh S&P akan mendorong masuknya aliran dana asing hingga 1,5 tahun ke depan.
Ia menyatakan, aliran dana asing yang mengalir ke portofolio investasi Indonesia sudah mencapai Rp108 triliun per Jumat (26/5). Angka itu naik 4,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp62 triliun.
Senada, Direktur Penilaian Perusahaan Samsul Hidayat menilai, naiknya rating utang oleh S&P jug akan menambah minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Sementara itu, turunnya peringkat utang China oleh Moody's diyakini tidak akan mengganggu sentimen positif untuk Indonesia.
"China ya China, nantinya mungkin terpengaruh kalau pergerakan ekonominya terjadi diluar kendali dalam artian terlalu besar nanti akan ada penyesuaian lagi," terang Samsul.