Jakarta, CNN Indonesia -- Momen lebaran menjadi momen bagi banyak orang untuk menjalin tali silaturahmi demi menjaga hubungan baik. Tak sedikit orang yang memanfaatkan momentum ini dengan berkirim parsel, mulai dari kue-kue kering, makanan dan minuman ringan, serta alat makan.
Parsel-parsel tersebut dihias secantik mungkin sebagai simbol silaturahmi dan banyak dijajakan di pusat-pusat perbelanjaan dan ritel modern. Namun, tak sedikit pula yang merangkai parsel mereka sendiri demi menghemat biaya. Tak heran, pebisnis parsel mandiri pun menjamur.
Dyah (24 tahun), misalnya, perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan dari perusahaan makanan dan minuman ringan ini, ikut menjajal gurihnya bisnis parsel di ramadan dan lebaran tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang hobi bikin parsel, tapi awalnya ragu untuk dijual, takut tidak ada yang mau pesan. Tetapi ada teman yang minta dibuatkan, jadi saya terpacu untuk tawarkan ke teman-teman yang lain," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (5/6).
Untuk parsel ukuran kecil sekitar 20 cm x 30 cm, dibanderol seharga Rp250 ribu sampai Rp350 ribu. Harga tersebut, disesuaikan dengan isi makanan atau minuman yang diinginkan untuk disertakan ke dalam parcel, seperti coklat, biskuit dan cemilan lainnya.
Sementara, untuk parsel ukuran besar sekitar 30 cm x 40 cm, Dyah mematok harga di kisaran Rp400 ribu sampai Rp550 ribu. Seperti halnya parsel ukuran kecil, isi untuk parcel besar ini juga dapat disesuaikan disertai permintaan bingkisan untuk barang nonmakanan, seperti bingkai foto.
Dari bisnis parsel ini, Dyah mengaku, bisa menggemukkan kantongnya dengan omzet sekitar Rp3juta - Rp4 juta selama ramadan.
Cerita berbeda datang dari Amalia (50 tahun), ibu rumahtangga yang menjalankan bisnis kue kering. Ia mengaku, mendulang omzet hingga 70 persen lebih tinggi selama ramadan dibandingkan bulan-bulan biasanya.
"Kalau di luar ramadan, jualan kue kering, tetapi tidak sebanyak saat ramadan. Omzet sekitar Rp25 juta sampai Rp30 juta, omzet naik sekitar 70 persen saat ramadan," kata Mia, sapaan akrabnya.
Menurut Mia, harga kue kering yang dijualnya berkisar Rp75 ribu sampai Rp100 ribu per toples. Adapun kue-kue kering yang ditawarkannya, yaitu nastar, kastengel, putri salju, sagu keju, chocolate cornflake, kue kacang wijen, lapis legit plum, lapis legit keju, dan lapis Surabaya.
Lini bisnis lain yang meraup berkah dari bulan suci umat Islam, yakni berdagang busana muslim dan perlengkapan ibadah, seperti mukena, rupanya juga tak kalah menggiurkan. Bahkan, sentra penjualan mukena, seperti di pusat grosir Thamrin City tak pernah sepi pengunjung kala ramadan menyapa.
Firman (40), salah satu pengusaha busana mukena di Thamrin City mengaku, omzet penjualannya bisa mencapai dua kali lipat saat ramadan, bahkan menembus kisaran Rp300 juta sampai Rp450 juta dalam sebulan saja.
"Kalau bulan biasa (di luar ramadan) omzet sekitar Rp150 juta sampai Rp200 juta per bulan. Kalau ramadan ini, dua kali lipat karena banjir permintaan," imbuh Firman.
Adapun jenis mukena yang dijual Firman, yakni mukena katun Jepang seharga Rp150 ribu sampai Rp200 ribu, mukena kain Bali seharga Rp75 ribu sampai Rp100 ribu, dan mukena sutera Paris seharga Rp350 ribu sampai Rp600 ribu. Seperti halnya tahun lalu, menurutnya, mukena berbahan sutera Paris masih diminati oleh masyarakat.
Bisnis Hiburan Gigit Jari
Namun, tak semua bisnis mendapat berkah saat ramadan berlangsung. Bisnis hiburan, seperti Dunia Fantasi, Pantai Ancol, Gelanggang Samudra Atlantis yang dijalankan oleh PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk, agaknya harus gigit jari.
Pasalnya, aktivitas di tempat hiburan seperti disebut di atas dilakukan di luar ruangan. Tentu, mereka yang berpuasa sangat menghindari aktivitas tersebut karena berpotensi menjadi kendala dalam menahan makan dan minum.
Manager Corporate Communications Ancol Rika Lestari mengatakan, selama ramadan, jumlah kunjungan masyarakat ke sejumlah tempat rekreasi dan hiburan yang dinaungi Ancol tergerus bahkan sampai di bawah 20 ribu kunjungan per hari.
"Saat ramadan, memang kecenderungannya menurun karena ada perubahan minat wisata dari masyarakat. Apalagi, di tempat rekreasi kami yang notabenenya di luar ruangan dan cukup panas," tutur Rika.
Padahal, pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung Ancol bisa mencapai 20 ribu sampai 30 ribu per hari. Sementara, di akhir pekan di luar ramadan, jumlah kunjungannya tembus ke kisaran 30 ribu sampai 40 ribu per hari.
Di masa liburan anak sekolah atau libur nasional, jumlah pengunjung bahkan meledak hingga sekitar 100 ribu sampai 120 ribu per hari.
"Kalau ramadan, pekan kedua dan ketiga biasanya sudah mulai meningkat kunjungan, tetapi kebanyakan untuk pengunjung yang mau berbuka puasa di area restoran Jaya Ancol," imbuhnya.
Untuk menanggulangi menurunnya jumlah kunjungan kala ramadan, Rika melanjutkan, emiten berkode PJAA tersebut getol memberikan promo kepada pengunjung. Misalnya, untuk ramadan ini, Ancol memberlakukan promo tiket bayar satu untuk dua pengunjung. Ada juga promo khusus untuk pelajar yang menyertakan bukti kartu pelajarnya untuk membeli tiket masuk Ancol.