Jakarta, CNN Indonesia -- Dewan Perwakilan Daerah (DPD) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 dapat menyentuh kisaran 5,3 persen sampai 5,5 persen. Perkiraan tersebut berbeda dengan kesepakatan pemerintah dengan Komisi XI dan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada rentang 5,2 persen sampai 5,6 persen.
"Saya kira pertumbuhan ekonomi 5,2 persen terlalu pesimistis. Kami melihat ada potensi di kisaran 5,3 persen sampai 5,5 persen pada tahun depan," ujar Ketua Komite IV DPD Ajiep Padindang, Rabu (21/6).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, menurut Ajiep, diharapkan juga akan meningkatkan pertumbuhan daerah. DPD pun mengingatkan pemerintah pusat agar memperhatikan betul laju inflasi dan penyaluran subsidi di tahun depan. Pasalnya, kedua indikator tersebut sangat mempengaruhi masyarakat, khususnya di daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, proyeksi dari DPD tersebut sebenarnya masih berada dalam rentang proyeksi pemerintah dan DPR. Untuk itu, pemerintah pun akan mengkaji masukan DPD tersebut, sebelum menuangkan asumsi makro dalam nota keuangan APBN 2018 mendatang.
"DPD dan kami masih ada di kisaran yang sama. Dalam nota keuangan akan kami gunakan satu titik yang sama. Kami sedang observasi, terutama (melihat) statistik di kuartal II," kata Sri Mulyani.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi 5,2 persen sampai 5,6 persen, menurut Sri Mulyani, lahir dari pertimbangan potensi ekonomi global dan domestik di tahun depan. Dari sisi global, mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini, melihat adanya pemulihan harga komoditas meski diperkirakan tidak berlangsung dengan cepat.
Selain itu, pemerintah juga turut mempertimbangkan imbas dari masalah geopolitik di beberapa negara, misalnya di China, Korea Utara, dan yang teranyar masalah di Timur Tengah yang menyudutkan Qatar. Sri Mulyani juga mempertimbangkan kebijakan proteksionisme dari Amerika Serikat, pemulihan ekonomi China, hingga masalah terorisme yang tengah melanda beberapa negara.
Adapun dari sisi ekonomi domestik, Sri Mulyani melihat adanya peluang peningkatan konsumsi rumah tangga yang mampu terjaga sehingga tetap menopang pertumbuhan ekonomi. Pada tabun depan, pemerintah akan menjaga laju inflasi lebih ketat yakni pada rentang 2,5 persen sampai 4,5 persen. Selain konsumsi rumah tangga, menurut dia, kinerja ekspor dan investasi pada tahun depan juga akan memberikan sentimen positif.
"Investasi akan agak pulih dengan pemulihan kepercayaan
investment grade yg diperoleh dan perbaikan sektor jasa keuangan setelah terpukul harga komoditas. Kami harap juga BUMN ekspansi," terang Sri Mulyani.
Adapun asumsi makro lainnya dalam R-APBN 2018, yakni suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) sebesar 4,8 persen hingga 5,6 persen, nilai tukar atau kurs rupiah Rp13.300 sampai Rp13.500 per dolar Amerika Serikat.
Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia
(Indonesia Crude Palm Oils/ICP) sebesar US$45 sampai US$55 per barel, lifting minyak sebesar 771 ribu sampai 815 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi sebesar 1,19 juta sampai 1,23 juta barel per hari setara minyak.