Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah akan menegur parlemen Uni Eropa yang dinilai bertindak diskriminatif terhadap produk sawit Indonesia. Rencananya, teguran akan disampaikan secara langsung dalam kunjungan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ke Eropa pada paruh kedua nanti.
"Saya melihat, kita kayaknya masih perlu menyiapkan bahannya lebih luas karena nggak bisa hanya bicara soal sawitnya saja, tapi juga harus melihat bagaimana sekarang perlakuan yang kita anggap sangat diskriminatif di Eropa. Banyak tindakan-tindakan yang menurut kita yang tidak patut dilakukan," ujarnya, Kamis (22/6).
Sayang, Darmin tidak merinci perilaku tidak adil apa yang diberikan oleh Uni Eropa terhadap produk sawit Indonesia. Namun, sekadar informasi, Uni Eropa dalam laporan bertajuk
Report on Palm Oil and Deforestation of Rainforest menyebutkan bahwa produk sawit Indonesia telah mengakibatkan deforestasi dan degradasi habitat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Parlemen Uni Eropa melarang penggunaan biodiesel berbasis kelapa sawit mentah pada 2020 mendatang dan akan memberlakukan sertifikasi tunggal bagi kelapa sawit yang tertuang di dalam resolusi Uni Eropa. "Saya masih minta waktu untuk disiapkan bahannya, materinya," terang dia.
Darmin mengaku, akan merangkul dan berkomunikasi dengan pemerintah Malaysia selaku negara pengekspor sawit terbesar di dunia.
"Kami akan pergi (ke Eropa) akhir Juli atau awal September. Kenapa itu pilihannya, karena Agustus biasanya orang Eropa libur," katanya.
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta pemerintah untuk lebih serius melindungi produk sawit Indonesia di Uni Eropa. Pasalnya, saat ini, pengusaha sawit harus menghadapi kampanye hitam terhadap produk sawit, khususnya di Eropa.
"Tanpa keterlibatan pemerintah yang sangat serius, saya khawatir industri sawit Indonesia akan menjadi bagian dari sejarah saja," imbuh Ketua Bidang Kebijakan Publik Apindo Danang Girindrawardana, kemarin.
Sebagai informasi, per April 2017, ekspor minyak sawit mentah (CPO) keseluruhan tercatat sebesar 2,68 juta ton. Ekspor tersebut meningkat 5,93 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu 2,53 juta ton. Adapun 482,95 ribu ton di antaranya diekspor ke negara-negara Uni Eropa.