Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mencatat terjadi kenaikan porsi penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran jalan tol selama periode mudik lebaran 2017 dari 23 persen per hari menjadi sekitar 34 persen persen. Peningkatan tersebut masih jauh dibawah harapan. Pasalnya, pemerintah sebelumnya mengharapkan, seluruh transaksi pembayaran jalan tol harus menggunakan uang elektronik pada Oktober mendatang.
"Peningkatannya cukup signifikan karena dalam tempo pendek, periode lebaran kan 10 hari," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Eni V Panggabean, di Gedung Thamrin BI, (6/7).
Peningkatan tersebut menurut dia, antara lain didorong oleh adanya diskon tarif tol untuk penggunaan uang elektronik dan penjualan yang lebih agresif oleh perbankan selama periode mudik. Meskipun demikian, masyarakat ternyata masih tetap lebih memilih menggunakan pembayaran non tunai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, sesuai kesepakatan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, seluruh transaksi pembayaran jalan tol pada Oktober mendatang diharapkan bisa mencapai 100 persen. Untuk itu, BI dan indusri perbankan akan terus mendorong penggunaan uang elektronik. Selain itu, Eni juga berharap bagi masyarakat yang sudah beralih ke pembayaran nontunai akan terus melanjutkan kebiasaan tersebut.
"Kami sebagai otoritas tentu sangat menyambut baik kebijakan ini. Hal itu karena bisa membuat masyarakat lebih efisien," ujarnya.
Secara terpisah, Direktur Bank Mandiri PT Bank Mandiri Tbk Ogi Prastomiyono menyatakan, minat masyarakat membayar tol menggunakan uang elektronik memang belum sesuai harapan. Pada saat uji coba uang elektronik terintegrasi pada periode mudik lebaran, masih banyak masyarakat yang tetap memilih pembayaran secara tunai meskipun antrean lebih panjang.
"Antrean e-toll kosong, (antrean)
cash masih panjang. Padahal, ada diskon kemarin dan petugas uang elektronik banyak berjualan di situ," ujar Ogi.
Pada periode mudik tahun ini, Bank Mandiri menyiapkan sekitar 50 ribu keping uang elektronik kepada masyarakat.
"Tetapi saya belum mendapatkan laporan berapa yang terjual,"ujarnya.
Menurut Ogi, perubahan kebiasaan masyarakat memerlukan waktu dan edukasi yang bertahap. Oleh karena itu, baik regulator dan industri harus terus berkoordinasi dalam mensosialisasikan penggunaan uang elektronik kepada masyarakat.
Sebagai informasi, berdasarkan data BI, per Mei 2017, jumlah uang elektronik beredar mencapai 57,77 juta keping. Volume transaksi uang elektronik selama periode Januari-Mei 2017 mencapai 296,25 juta transaksi atau melonjak 16,87 persen dari periode yang sama tahun lalu. Secara nominal, nilai transaksi Januari-Mei 2017 mencapai Rp3,74 triliun atau naik 49,6 persen secara tahunan.