Sistem 'Moving Block' Bisa Irit Anggaran LRT Jabodebek Rp6 T

CNN Indonesia
Senin, 17 Jul 2017 14:24 WIB
Penggunaan sistem persinyalan 'moving block' yang mengatur jarak rangkaian kereta berdasarkan jeda waktu lah yang menjadi sumber penghematan proyek.
penggunaan sistem persinyalan ‘moving block’ yang mengatur jarak rangkaian kereta berdasarkan jeda waktu itulah yang menjadi sumber penghematan proyek. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan bahwa proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jakarta - Bogor - Depok - Bekasi (Jabodebek) dapat dihemat hingga Rp6 triliun dengan menggunakan sistem persinyalan 'moving block' atawa jeda.

"LRT ini sudah sempat jalan, tapi kami hitung ulang, kami lihat ada teknologi yang bisa diubah, ternyata biaya bisa dikurangi sampai Rp6 triliun," ujarnya, mengutip ANTARA, Senin (17/7).

Menurut dia, penggunaan sistem persinyalan 'moving block' yang mengatur jarak rangkaian kereta berdasarkan jeda waktu itulah yang menjadi sumber penghematan proyek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan, tadinya proyek LRT Jabodebek menggunakan sistem persinyalan ‘fixed block’ atawa yang menentukan 'headway' (jangka waktu kedatangan) kereta berdasarkan jarak.

Namun, khusus LRT Jabodebek, Budi mengatakan, pemerintah sudah memutuskan untuk menggunakan 'moving block' yang mengatur kedatangan berdasarkan waktu, seperti lima menit sekali.

Dengan sistem persinyalan tersebut, jangka waktu kedatangan menjadi lebih singkat sehingga kereta api yang beroperasi bisa lebih banyak. Jumlah kereta yang lebih banyak dipastikan juga akan dapat mengangkut lebih banyak penumpang. Ini membuat biaya investasi lebih rendah.

"Dengan penumpang yang lebih banyak, karena penumpang adalah faktor pembagi, maka dipastikan akan dapat angka investasi yang lebih rendah, sehingga mendapatkan hasil pengembanlian investasi yang lebih pendek. Di situlah penghematan itu," katanya.

Sebelumnya, pemerintah memutuskan akan menggunakan sistem persinyalan 'moving block' pada LRT Jabodebek, sehingga menambah rincian anggaran proyek yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp21,7 triliun menjadi sekitar Rp22 triliun.

"Ada kenaikan lagi biayanya, tapi ada kenaikan spesifikasi juga. Ada tambahan sekitar Rp200 miliar sampai Rp300 miliar," imbuh dia.

Mantan direktur utama Angkasa Pura II itu menjelaskan, pemerintah memang berupaya untuk merampingkan anggaran proyek transportasi massal itu. Namun, ia memastikan, efisiensi dilakukan dengan tetap memberikan manfaat sebesar-besarnya agar perjalanan tetap tepat waktu.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pemerintah akan tetap mengejar target penyelesaian proyek LRT Jabodebek pada awal 2019 mendatang. Sementara, LRT Palembang ditargetkan rampung pertengahan 2018 guna mendukung Asian Games 2018.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER