Jonan Sebut Chevron Ragu Pakai Fasillitas Milik Eni

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 27 Jul 2017 10:15 WIB
Chevron disebut ragu jika kapasitas fasilitas pemrosesan terapung FPU di blok Jangkrik bisa menampung gas dari dua lapangan kelolaan.
Chevron disebut ragu jika kapasitas fasilitas pemrosesan terapung FPU di blok Jangkrik bisa menampung gas dari dua lapangan kelolaan. (Reuters/Mike Blake)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan minyak asal Amerika Serikat, Chevron masih mengkaji untuk memanfaatkan fasilitas pemrosesan terapung (Floating Processing Unit/FPU) milik perusahaan asal Italia, Eni di lapangan Jangkrik untuk menampung gas dari proyek laut dalam (Indonesia Deepwater Development/IDD) di lapangan Gehem dan Gendalo.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan menyebut, hal ini disampaikan Chevron ketika ia melawat ke kantor pusat perusahaan di Houston, Amerika Serikat. Di dalam pertemuan itu, Chevron ragu jika kapasitas FPU Jangkrik bisa menampung gas dari dua lapangan kelolaan Chevron itu.

Rencananya, lapangan Gendalo akan menghasilkan gas sebanyak 700 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), sementara itu lapangan Gehem bisa memproduksi gas sebanyak 420 MMSCFD. Di sisi lain, kapasitas produksi FPU Jangkrik yang saat ini 450 MMSCFD hanya bisa maksimal ke angka 800 MMSCFD.

Chevron juga menyatakan, FPU pun semakin sesak jika produksi dari lapangan Merakes di blok East Sepinggan yang juga dikelola Eni mulai beroperasi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terkait hal ini, pihak Chevron menyatakan bila produksi Merakes juga masuk ke Jangkrik, maka pada 2029 FPU Jangkrik akan full dan tidak dapat menampung gas dari Gendalo-Gehem," ujar Jonan melalui siaran pers, Kamis (27/7).

Menurutnya, fasilitas pemrosesan gas Gendalo-Gehem sudah harus dipikirkan karena dua lapangan itu ditargetkan beroperasi tahun 2022. Di samping itu, ia juga meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) untuk berdiskusi dengan Eni dan juga Chevron.

"Sebagai follow up, saya minta SKK Migas diskusi lagi dengan kedua belah pihak," lanjut Jonan.

Sebelumnya, pemerintah mendorong Chevron untuk menggunakan fasilitas pemrosesan gas milik Eni di lapangan Jangkrik agar biaya lapangan Gendalo-Gehem bisa lebih efisien.

Pasalnya, hingga saat ini, rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) lapangan Gendalo dan Gehem belum bisa diserahkan ke pemerintah karena menyangkut keekonomian proyek.

"Jadi Chevron tidak usah berinvestasi lagi yang besar, fasilitas yang sama bisa dipakai, supaya tidak ada duplikasi (lebih efisien) dan waktunya bisa lebih cepat," jelas Mantan Menteri Perhubungan ini beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, Chevron sudah mengajukan PoD lapangan Gendalo dan Gehem di tahun 2008 dengan nilai investasi mencapai US$6 miliar. Lalu, nilai investasi tersebut kemudian direvisi kembali di tahun 2013 menjadi US$12 miliar.

Namun, dua tahun kemudian, Chevron menyerahkan kembali PoD dengan nilai investasi yang meningkat, yaitu di kisaran US$9 miliar hingga US$10 miliar. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER