Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan pemerintah untuk mengimpor kembali garam konsumsi sebanyak 75 ribu ton dari Australia dinilai tak menyelesaikan permasalahan kelangkaan garam yang selalu dihadapi Indonesia hampir setiap tahun. Keputusan yang terus berulang tersebut bahkan dinilai menjadi pemicu para petambak garam beralih profesi sehingga membuat kondisi langkanya garam terus berulang.
Sekretaris Jendral Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA) Susan Herawati menyebut, pemerintah seharusnya memiliki opsi jangka panjang terkait kelangkaan garam ini tanpa harus mengambil jalan pintas dengan cara mengimpor dari negara lain.
"Pemerintah seperti menafikan permasalahan substansi dari krisis garam hari ini. Artinya ada situasi dan kondisi buruk dari pergaraman Indonesia yang perlu segera diperbaiki, yaitu intervensi teknologi berbiaya murah untuk produksi dan pengolahan garam” kata Susan saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (1/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Susan menyebut, kebijakan instan berupa impor seharusnya tidak perlu dilakukan, mengingat Indonesia saat ini memiliki tambak garam seluas 25.766 hektar yang tersebar di lebih dari 10 provinsi dan 40 kabupaten/kota.
Luas tambak garam itu lanjut Susan, seharusnya dijadikan modal penting oleh pemerintah untuk bisa keluar dari ketergantungan impor yang mana bisa segera mewujudkan cita-cita swasembada.
"Daripada sibuk melakukan impor, kenapa tidak mencari solusi yang tepat, berguna untuk jangka panjang. Kita impor setiap tahun, dalih anomali cuaca saya kira tak berdasar," kata dia.
Lebih lanjut Susan menyebut, jika permasalahan dasarnya terkait garam ini tidak cepat diselesaikan, maka yang dirugikan adalah para petambak garam. Para petambak ini, kata dia, akan terus terpuruk jika kemarau basah terus menerus terjadi di Indonesia secara berkepanjangan.
"Akibatnya, tak sedikit petambak garam yang beralih profesi menjadi buruh-buruh kasar di berbagai kota di Indonesia. Negara kepulauan yang tidak punya petambak, justru penuh buruh kasar. Saya rasa ini mimpi buruk," kata Susan.
Dari Data yang berhasil dihimpun CNNIndonesia.com, tercatat dalam lima tahun terakhir jumlah petambak garam di Indonesia menurun drastis dari angka 30.668 jiwa pada tahun 2012 menjadi 21.050 jiwa pada tahun 2016.
Hal ini pun menurut Susan merupakan imbas dari kebijakan impor garam yang berimplikasi besar terhadap penurunan jumlah petambak garam di Indonesia.
"Kita impor tiap tahun, tak ada solusi justru malah mengikis harapan produksi dan swasembada bagi para petambak ini," kata Susan.