Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mewaspadai lonjakan inflasi dari komponen bahan pangan bergejolak (
volatile food) di akhir tahun. Sebab, curah hujan yang tinggi dinilai bisa mengganggu ketersediaan bahan pangan pokok.
“Ada inflasi yang menanjak di November hingga Desember," ujar Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (2/10).
Meski demikian, ia meyakini bahwa cuaca tak seburuk tahun kemarin, sehingga tanaman pangan kemungkinan bisa memasuki periode penanaman ketiga. Penanaman ini dinilai bisa berdampak baik hingga panen besar dituai di bulan Maret mendatang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Musimnya tahun ini tidak jelek sehingga masih bisa dilakukan penanaman. Ini akan mengamankan pangan Indonesia sampai dengan panen bulan Maret. Untuk
volatile, rasanya aman,” ujarnya.
Selain karena cuaca yang tidak buruk, ia cukup senang bahwa inflasi bulan September tercatat naik tipis 0,13 persen secara month-to-month dan 2,26 persen year-to-date. Sehingga, ia optimistis inflasi masih di dalam rentang pemerintah yakni 4 plus minus 1 persen.
Namun, karena belum melihat secara detail, ia enggan berkomentar banyak terkait inflasi di bulan lalu.
“Cuma, angka inflasinya baik. Artinya, kalau rata-rata bulanannya itu 0,2 persne hingga 0,25 persen itu oke,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman memperkirakan inflasi akan
tetap terkendali pada level yang rendah dalam kisaran sasaran yang ditetapkan hingga akhir tahun ini. Adapun, koordinasi kebijakan antara Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah, dan Bank Indonesia akan terus diperkuat dalam pengendalian inflasi.
Badan Pusat Statistik mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami inflasi tipis sebesar 0,13 persen secara bulanan (
month-to-month/mtm) pada September 2017. Sementara secara tahun kalender (
year-to-date/ytd) sebesar 2,66 persen dan secara tahunan (
year-on-year/yoy) sebesar 3,72 persen.
Inflasi tertinggi disumbang oleh kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 1,03 persen dengan andil sebesar 0,08 persen dan disusul oleh kelompok sandang sebesar 0,52 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,34 persen.
Namun, satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi ialah kelompok bahan makanan, yaitu sebesar minus 0,53 persen dengan andil sebesar minus 0,11 persen.