Serang, CNN Indonesia -- Sejumlah kontraktor pembangun jalan di Banten menyatakan kesiapan menggunakan aspal plastik jika peraturan sudah disahkan oleh pemerintah.
"Di Banten belum diterapkan, sangat bisa seharusnya. Tal ada alasan untuk tidak dipakai. Bagus itu, harusnya segera dilaksanakan kalau lulus uji coba," kata Dodi Aryadi, Direktur Utama PT Karya Inti Sukses Sejahtera (KISS) saat ditemui di kantornya, Jumat (13/10/2017).
Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama PT Prodigi Dimas Kusuma. Menurut dia, kualitas aspal berbahan daur ulang plastik justru lebih awet karena mampu menyerap air. Berbeda dengan hotmik yang akan terkelupas jika air menggenang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu pasti jauh lebih awet, karena itu menyerap air. Ini kan juga baru pengujian, belum disahkan sama lembaga pengujian nasional. Kalau disahkan siap dipakai di Banten," kata Dimas.
Pengusaha konstruksi lain, Eko Susilo yang menjabat Direktur Utama PT Ligar Corp menilai aspal plastik dapat memangkas biaya produksi sehingga mampu menghemat anggaran pemerintah dalam membangun proyek infrastruktur di Indonesia.
"Kami sangat siap (membangun dengan aspal plastik). Harganya belum ketahuan, tapi diperkirakan akan mengurangi biaya konstruksi," kata Eko Susilo, saat ditemui dikantor nya di Kota Serang, Jumat (13/10/2017).
Secara nasional, limbah tak terurai hingga 2019 mendatang diperkirakan bisa mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah di Indonesia. Limbah plastik itu diprediksi cukup untuk membangun jalan sepanjang 190 ribu kilometer, dengan asumsi penggunaan limbah dua sampai lima ton per kilometer.
Hal itu juga dilakukan untuk mendukung rencana pemerintah mengurangi limbah plastik hingga 70 persen pada 2025 mendatang.
Perlu diketahui, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) kini tengah mengembangkan aspal berbahan plastik guna mengurangi penumpukkan sampah plastik.
Balitbang juga mengaku akan menerbitkan rekomendasi terkait masalah teknis dan ketersediaan bahan baku plastik pada September-Oktober 2017.
Pengerasan infrastruktur jalan berupa aspal plastik telah dilakukan uji coba di area Universitas Udayana, Bali, dan Jalan Raya Sri Ratu Mahendradatta, pada 28-29 Juli 2017, dengan menggandeng Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
Uji coba terhadap jalan dengan total panjang 700 meter ini dilakukan untuk mengetahui seberapa tinggi daya tahan, dan seberapa kuat daya rekat aspal plastik.
Dana yang dibutuhkan untuk mengaspal jalan sepanjang 700 meter tersebut sekitar Rp 600 juta untuk satu kali lapisan dengan ketebalan 4 sentimeter. Biaya ini di klaim jauh lebih murah dibanding aspla biasa. Tak hanya itu, tingkat stabilitasnya juga 40 persen lebih tinggi karena jalan dengan aspal tanpa plastik harus dilapisi berulang untuk mencapai stabilitas memadai.
Selain di Bali, pemerintah mengaku akan melakukan uji coba pengaspalan berbahan plastik di lingkup Istana Negara Jakarta.
Tak hanya itu, uji coba juga dilakukan di jalan nasional di wilayah Bekasi yakni, Jalan Raya Bekasi-Cikarang pada pertengahan Agustus 2017. Dengan jalan sepanjang 2 km dan lebar 14 meter itu, biaya yang dibutuhkan untuk mengaspal senilai Rp 1,5 miliar.