Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (BKPMPT) Provinsi Banten memproyeksi realisasi investasi kuartal III 2016 wilayahnya tembus Rp35 triliun.
Optimisme ini, kata Kepala BKPMPT Provinsi Banten Babar Suharso, didukung oleh raihan investasi selama semester I 2016 yang telah memenuhi separuh dari target investasi sepanjang tahun.
"Target kami Rp50 triliun sampai akhir tahun. Semester I sudah Rp25 triliun. Kalau kuartal III sesuai izin yang kami keluarkan seharusnya sudah Rp35 triliun," ujarnya, Senin (10/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Babar meyakini, pertumbuhan investasi kuartal III 2016 akan jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Bahkan, secara tahunan, pertumbuhan investasi 2016 di Provinsi Banten diyakini meningkat sekitar 19 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sementara, pada kuartal III 2016, Babar memprediksi, pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) Provinsi Banten masih memuaskan. "Untuk kuartal III belum ada datanya tapi diprediksi masih bagus, karena gambaran PMA masih bagus, mungkin kami masih di empat besar secara nasional," tegas Babar.
Sekadar informasi, menurut Babar, PMA Provinsi Banten menempati peringkat keempat secara nasional pada semester I 2016 lalu. Sementara, untuk pertumbuhan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Provinsi Banten menempati peringkat ketujuh secara nasional pada semester yang sama.
Kebanjiran Minat InvestorBabar memproyeksi, aliran investasi di Provinsi Banten masih deras sampai akhir tahun. Pasalnya, BKPMPT Banten mendapatkan beberapa tawaran investasi dari beberapa negara meski belum ada kontrak baru yang disetujui.
"Banyak yang minat, sejauh ini saya dikontak investor China, Timur Tengah, dan Amerika Serikat," katanya.
Babar memetakan, investor China banyak menaruh minat untuk investasi di industri manufaktur, seperti mainan anak. Sedangkan, industri lain yang juga dilirik, yakni industri tekstil, seperti alas kaki, dan kaos kaki.
Selanjutnya, Timur Tengah banyak melirik investasi di industri properti, pariwisata, rumah sakit, dan pendidikan. Sementara, Amerika Serikat, lebih banyak bermain di bidang teknologi linkungan, seperti daur ulang sampah, energi hingga air bersih.
"Tapi, dari realisasi investasi, hampir 70 persen masih bermain di industri logam dan kimia. Sisanya, 30 persen di industri padat karya, seperti sepatu, mainan anak, dan lainnya," pungkasnya.
(bir/gen)