Bos Bank Sentral AS Baru, BI Prediksi Rupiah Adem Ayem

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 20 Nov 2017 15:00 WIB
Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan stabil menjelang akhir tahun, meski nilainya terus melemah sejak September 2017.
Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan stabil menjelang akhir tahun, meski nilainya terus melemah sejak September 2017. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan stabil menjelang akhir tahun, meski nilainya terus melemah sejak September 2017.

Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah melemah 1,37 persen dalam dua bulan terakhir.

Gubernur BI Agus Martowardojo menerangkan, selama ini dinamika kurs rupiah dipengaruhi oleh beberapa sentimen, salah satunya mengenai kepastian pengganti Janet Yellen sebagai Gubernur Bank Sentral AS dan kebijakan moneter yang akan ditempuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, spekulasi mengenai pengganti Yellen sudah berakhir. Apalagi, kebijakan penggantinya dianggap sejalan dengan kepemimpinan Yellen.


Agus menjelaskan, sampai akhir tahun nilai tukar tetap terjaga karena sudah ada kepastian bahwa Presiden AS Donald Trump menunjuk Jerome Powell jadi chaiman The Fed.

"Kepribadian Powell kelihatannya akan membawa kepemimpinan The Fed yang kurang lebh sejalan dengan Yellen. Dan kami mengharapkan The Fed akan mempunyai komunikasi baik seperti periode lalu dan ini baik untuk menjaga stabilitas keuangan dunia,” jelas Agus ditemui di Kementerian Keuangan, Senin (20/11).

Lebih lanjut ia menuturkan, nilai tukar rupiah masih akan terpapar faktor eksternal utamanya mengenai kepastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate dan proposal penurunan pajak dari pemerintah AS, sehingga bisa berdampak pada arus keluar uang dari Indonesia (capital outflow).


Menurut Agus, pengaruh ini tak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara-negara berkembang.

“Khususnya negara berkembang, termasuk Indonesia, (pergerakan nilai tukar) secara umum faktornya eksternal,” paparnya.

Meski demikian, ia menganggap pengendalian nilai tukar mata uang di Indonesia sudah cukup baik, di mana volatilitasnya tercatat 3 persen dan depresiasinya secara tahun kalender (year-to-date) hanya 0,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

“Kami meyakini sampai akhir tahun tetap terjaga,” jelas Agus. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER