Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat Moody's Investors Service memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di angka 5,2 persen pada 2018, atau moderat dari capaian tahun ini.
Analis Moody's Rating Anushka Shah mengatakan, salah satu faktor yang membuat pertumbuhan moderat karena penerimaan yang kerap di bawah target dalam beberapa tahun terakhir, termasuk seperti yang terjadi tahun ini.
Selain itu, penerimaan negara juga masih tertinggal dibandingkan negara-negara dengan peringkat yang sama lainnya yaitu Baa3, misalnya Italia, Rumania, dan Hungaria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data Moody's, rasio penerimaan negara hanya sekitar 13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun ini. Sedangkan untuk tahun depan, bila pengelolaannya masih sama saja, diperkirakan akan melemah, di bawah 13 persen.
"Pengelolaan ruang fiskal menjadi salah satu tantangan, terutama rasio (penerimaan negara) terhadap PDB," ujar Shah dalam diskusi bersama media, Selasa (28/11).
Selain demi menopang pertumbuhan ekonomi, Moody's menilai, pengelolaan fiskal menjadi hal yang perlu segera dibenahi lantaran pembayaran bunga utang Indonesia juga lebih tinggi dibandingkan negara peringkat Baa3 lainnya.
Moody's mencatat, pembayaran utang Indonesia sekitar 12 persen terhadap PDB. Sementara negara Baa3 lain, misal Italia hanya sekitar 9 persen, Rumania 5 persen, dan Hungaria sekitar 6 persen.
Untuk itu, Moody's melihat bahwa Indonesia perlu terus mengenjot reformasi kebijakan, misalnya melalui paket kebijakan ekonomi yang telah dijalankan dalam dua tahun terakhir.
"Kebijakan reformasi harus terus dilakukan, khususnya aspek reformasi perpajakan yang telah dilakukan pemerintah sejak setahun sebelumnya. Namun, hal ini lebih kepada implementasi," imbuhnya.
Selain itu, pemerintah juga perlu melihat kembali pengeluaran belanja untuk pembangunan infrastruktur dan pendapatan masyarakat. Sebab, dari sisi konsumsi masyarakat sebagai salah satu hal turut menopang pertumbuhan ekonomi juga masih lemah.
(lav)