Bank Dunia Sebut Daya Beli Indonesia Kembali 'Sehat'

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 14 Des 2017 12:07 WIB
Indikator pemulihan daya beli terlihat dari turunnya tingkat pengangguran dari 5,6 persen. Ini merupakan bukti terjadinya penciptaan lapangan kerja.
Indikator pemulihan daya beli terlihat dari turunnya tingkat pengangguran dari 5,6 persen. Ini merupakan bukti terjadinya penciptaan lapangan kerja. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Dunia melihat daya beli masyarakat Indonesia kembali pulih memasuki kuartal IV tahun 2017, setelah pertumbuhan konsumsi masyarakat sempat meredup hingga semester I 2017. Tak tanggung-tangung, pertumbuhan konsumsi bahkan diprediksi kian bergigi di tahun depan.

Chief Economist Bank Dunia Frederico Gil Sander mengatakan, indikasi kenaikan daya beli ini bisa terlihat dari turunnya tingkat pengangguran dari 5,6 persen pada Agustus 2016 ke angka 5,5 persen setahun berikutnya. Ini menjadi bukti penciptaan lapangan kerja terjadi, yang memicu penambahan pendapatan.

Memang, menurut dia, indikasi awal berlanjutnya pelemahan daya beli bisa dilihat dari lesunya sektor ritel. Namun, itu tak lantas menjadi indikator. Karena di sisi lain, penjualan mobil dan motor membaik dibanding tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, konsumsi untuk jasa juga meningkat, di mana rumah tangga di Indonesia kini rata-rata membelanjakan 37 persen konsumsinya untuk jasa.

“Kami memang melihat konsumsi melambat di semester I. Biasanya musim lebaran konsumsinya cukup tinggi, nyataya tahun ini tidak demikian. Tetapi, kami melihat ini mulai membaik di kuartal IV,” jelas Frederico, Kamis (14/12).

Lebih lanjut ia menuturkan, pertumbuhan konsumsi tahun depan diprediksi semakin berkibar sejalan dengan pesta demokrasi pemilihan 171 kepala daerah (pilkada) serentak. Adapun, konsumsi ini diperkirakan bertumbuh di masa-masa kampanye.

Tak hanya itu, konsumsi tahun depan juga disokong oleh stabilnya inflasi dengan perkiraan di angka 3,5 persen. Selain itu, pemerintah belum memiliki tendensi untuk mengubah tarif barang-barang yang tergolong administered prices.

Hal ini dianggap penting, pasalnya pelemahan daya beli di semester I juga dikontribusi dari penyesuaian tarif listrik bagi golongan 900 Volt Ampere.

“Sebetulnya, kemarin naiknya tidak signifikan, hanya 2,5 persen hingga 3 persen. Tapi, ini sangat berpengaruh kepada rumah tangga yang kelas menengah ke bawah, sehingga mereka tidak punya daya beli bagus. Tapi, memang anggaran perlu direformasi untuk membiayai investasi infrastruktur pemerintah,” katanya.

Sekadar informasi, nilai konsumsi rumah tangga secara harga konstan di kuartal ketiga 2017 tercatat sebesar Rp1.372,1 triliun atau meningkat 3,46 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp1.326,5 triliun. Sektor konsumsi menyumbang 55,68 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) atawa turun dari periode yang sama tahun lalu 55,88 persen.

Sayangnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal sebelumnya tercatat 4,93 persen secara tahunan (year on year). Angka ini melemah apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 4,99 persen. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER