Fitch Ratings Kerek Lagi Peringkat Utang RI

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 21 Des 2017 09:08 WIB
Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, kembali menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB, dengan prospek stabil.
Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings kembali menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB, dengan outlook stabil. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings, kembali meningkatkan peringkat risiko utang jangka panjang valas dan Rupiah dari BBB- menjadi BBB, dengan outlook stabil.

Dikutip dari laman resmi Fitch Ratings, Kamis (21/12), kenaikan peringkat ini dilandasi beberapa alasan. Pertama, Indonesia dianggap cukup tahan akan gejolak eksternal akibat kebijakan makroekonomi yang konsisten dalam menjaga stabilitas ekonomi.

Sebagai contoh, Indonesia berhasil meningkatkan cadangan devisa hingga US$126 miliar per November 2017 akibat kebijakan nilai tukar yang lebih fleksibel sejak 2013. Tak hanya itu, kebijakan moneter dianggap bisa mengurangi volatilitas dana keluar (capital outflow).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kebijakan makroprudensial telah menahan banyaknya pinjaman korporasi eksternal, sementara pendalaman pasar keuangan berbarengan dengan primanya kinerja pasar modal. Kestabilan makroekonomi ini merupakan imbas dari kebijakan anggaran yang kredibel dalam beberapa tahun terakhir,” ujar laporan itu dikutip Kamis (21/12).

Prestasi Indonesia lain yang menjadi pertimbangan Fitch adalah kenaikan peringkat indeks kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) sebanyak 37 peringkat hanya dalam dua tahun.

Menurut lembaga pemeringkat tersebut, perubahan ini bisa berdampak pada pendanaan eksternal yang lebih kuat seiring meningkatnya Penanaman Modal Asing (PMA) yang diharapkan bisa menutup defisit neraca berjalan dalam beberapa waktu mendatang.


Meski dinilai cukup tahan akan goncangan ekonomi, Indonesia masih diproyeksi menerima ancaman dari normalisasi kebijakan Bank Sentral AS. Tak hanya itu, ketergantungan Indonesia akan komoditas sumber daya alam juga menjadi perhatian Fitch.

Tak hanya dari luar negeri, Fitch juga mewanti-wanti kebisingan politik jelang Pemilihan Kepala Daerah di tahun depan dan Pemilihan Umum di tahun 2019 mendatang yang bisa mengganggu pengambilan kebijakan ekonomi.

“Pemilihan Presiden tahun 2019 bisa mewakili risiko terhadap reformasi ekonomi yang sinambung. Ini bisa menjadi sentimen terhadap pasar modal domestik dan global,” imbuh keterangan resmi Fitch Rating.

Kendati begitu, Fitch Rating masih optimis dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diharapkan tumbuh 5,4 persen pada 2018 dan 5,5 persen pada 2019 mendatang.


Indonesia dinilai masih bisa memanfaatkan momentum perdagangan dan kestabilan harga komoditas. Investasi juga diperkirakan akan melonjak seiring belanja pemerintah di sektor infrastruktur juga semakin deras.

Selain itu, defisit Anggaran Pendaptan dan Belanja Negara (APBN) di angka 2,2 persen untuk tahun depan dianggap bisa memberi ruang lebih kepada Indonesia jikalau terjadi tekanan pada anggaran di tahun politik.

Fitch yakin bahwa defisit APBN tahun depan akan berada di angka 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau masih di bawah ambang batas yakni 3 persen.

Sayang, Fitch masih melihat bahwa perekonomian Indonesia akan mengalami kelemahan struktural. Hal itu dilihat dari rata-rata PDB per kapita Indonesia yang hanya di angka US$3.780 atau lebih kecil dibanding rata-rata negara yang mendapatkan peringkat serupa, yakni US$11.173.

“Sementara itu, tata kelola pemerintahan masih lemah. Ini terlihat dari skor tata kelola Bank Dunia yang ada di angka 45 persen, meski angka ini membaik dibanding tahun sebelumnya yakni 42 persen,” pungkas Fitch Rating. (agi/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER