Jakarta, CNN Indonesia -- Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini, pemberhentian layanan pemerintah (
government shutdown) yang sedang terjadi di Amerika Serikat (AS) tidak akan berpengaruh kepada pergerakan pasar modal jika hanya berlangsung selama dua pekan.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan,
government shutdown sendiri bisa terjadi hingga 18 hari. Namun jika mengacu pada kondisi 2013 lalu yang terjadi selama 16 hari, IHSG justru mengalami penguatan.
"Pada saat
government shutdown terakhir tahun 2013 IHSG naik 4,7 persen. Jadi sejarahnya kalau satu atau dua minggu tidak ada pengaruh," ungkap Tito, Senin (22/1).
Seperti diketahui, pemerintah AS telah menerapkan
government shutdown sejak Jumat tengah malam (19/1). Hal ini terjadi sebagai dampak dari gagalnya pemerintah mencapai kesepakatan soal dana operasional pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kondisi ini, seluruh lembaga yang dianggap tidak penting akan diberhentikan sementara hingga kongres sepakat dengan undang-undang anggaran federal. Secara total, AS telah beberapa kali mengalami
government shutdown, atau tepatnya 18 kali.
"Jadi ya ini bukan hal baru juga sebenarnya," imbuh Tito.
Lebih lanjut, Tito memaparkan, pihaknya bakal fokus pada pertumbuhan nilai kapitalisasi pasar (market capitalization/market cap) pada tahun ini untuk mengejar ketertinggalan BEI dengan bursa di Asia, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
"Market cap BEI masih sekitar Rp7 ribu trillun, jadi gimana ceritanya kami naikan
market cap," ungkap Tito.
Dengan posisi
market cap saat ini, perbandingan antara
market cap terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hanya 47 persen. Sementara, perbandingan
market cap di bursa di Thailand telah menembus 107 persen terhadap PDB, Malaysia sebesar 123 persen, dan Singapura sebesar 219 persen.
(lav/bir)