Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berharap laba di tahun 2018 ini sama seperti capaian tahun kemarin yang berada pada posisi tahun kemarin yakni US$2,41 miliar. Perusahaan yakin bisa mencapai target tersebut kendati masih dibayangi penguatan harga minyak dunia yang menekan pendapatan hilir perusahaan.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan, perusahaan akan mencari cara untuk menekan belanja operasional
(operational expenditure), jika memang pemerintah enggan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sayangnya di tahun lalu, opex perusahaan malah ada di angka US$38,02 miliar atau naik 26 persen ketimbang tahun sebelumnya US$30,29 miliar.
“Kalau pun dengan asumsi (harga BBM) tidak naik, mudah-mudahan bisa mencapai laba seperti tahun lalu,” papar Arief, Senin (29/1).
Arief mengaku, diperlukan strategi untuk mengantisipasi gejolak harga BBM karena memang pengaruhnya sangat signifikan bagi kinerja keuangan Pertamina. Ia bilang, penerimaan produksi minyak Pertamina yang ada di angka 340 ribu barel per hari tentu tidak bisa memenuhi konsumsi BBM nasional per harinya yang mencapai 1,6 juta kiloliter (kl).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dari itu, opsi paling ampuh untuk menahan tekanan harga BBM adalah efisiensi. Adapun, cara ini memang ampuh dalam mengamankan laba perseroan di tahun 2015 dan 2016, di mana efisiensi yang ditorehkan perusahaan kala itu tercatat di angka US$ 608,41 juta dan US$2,67 miliar.
“Kami tentu masih ada ruang untuk efisiensi, tapi nanti kami akan
review lagi bagaimana,” jelas dia.
Pada tahun lalu, Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar US$2,41 miliar atau turun 24 persen dibanding tahun sebelummya yakni US$3,15 miliar. Adapun, penurunan laba tersebut, disebabkan perubahan asumsi harga minyak dari US$40,16 per barel di tahun 2016 ke angka US$51,17 per barel di tahun lalu.
(agi)