Pertamina Yakin Laba Tak Tergerus Meski Harga BBM Tak Naik

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 30 Jan 2018 07:50 WIB
Kendati harga BBM tak naik, Pertamina optimis laba bersih perseroan di tahun ini dapat mencapai US$2,41 miliar.
Kendati harga BBM tak naik, Pertamina optimis laba bersih perseroan di tahun ini dapat mencapai US$2,41 miliar. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pertamina (Persero) berharap laba di tahun 2018 ini sama seperti capaian tahun kemarin yang berada pada posisi tahun kemarin yakni US$2,41 miliar. Perusahaan yakin bisa mencapai target tersebut kendati masih dibayangi penguatan harga minyak dunia yang menekan pendapatan hilir perusahaan.

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengatakan, perusahaan akan mencari cara untuk menekan belanja operasional (operational expenditure), jika memang pemerintah enggan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sayangnya di tahun lalu, opex perusahaan malah ada di angka US$38,02 miliar atau naik 26 persen ketimbang tahun sebelumnya US$30,29 miliar.

“Kalau pun dengan asumsi (harga BBM) tidak naik, mudah-mudahan bisa mencapai laba seperti tahun lalu,” papar Arief, Senin (29/1).
Arief mengaku, diperlukan strategi untuk mengantisipasi gejolak harga BBM karena memang pengaruhnya sangat signifikan bagi kinerja keuangan Pertamina. Ia bilang, penerimaan produksi minyak Pertamina yang ada di angka 340 ribu barel per hari tentu tidak bisa memenuhi konsumsi BBM nasional per harinya yang mencapai 1,6 juta kiloliter (kl).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maka dari itu, opsi paling ampuh untuk menahan tekanan harga BBM adalah efisiensi. Adapun, cara ini memang ampuh dalam mengamankan laba perseroan di tahun 2015 dan 2016, di mana efisiensi yang ditorehkan perusahaan kala itu tercatat di angka US$ 608,41 juta dan US$2,67 miliar.
“Kami tentu masih ada ruang untuk efisiensi, tapi nanti kami akan review lagi bagaimana,” jelas dia.

Pada tahun lalu, Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar US$2,41 miliar atau turun 24 persen dibanding tahun sebelummya yakni US$3,15 miliar. Adapun, penurunan laba tersebut, disebabkan perubahan asumsi harga minyak dari US$40,16 per barel di tahun 2016 ke angka US$51,17 per barel di tahun lalu. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER