Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) mengaku, sudah melakukan intervensi ke pasar dengan menggelontorkan cadangan devisa (cadev) agar nilai tukar atau kurs rupiah tidak terpuruk lebih dalam. Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis 0,02 persen ke level Rp13.748 per dolar AS, setelah kemarin sempat terperosok ke level Rp13.748 per dolar AS.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi mengatakan, intervensi oleh BI telah dilakukan sejak beberapa waktu terakhir ketika rupiah melemah dengan cukup dalam. Sayangnya, Dody enggan menjelaskan lebih rinci mengenai intervensi yang dilakukan bank sentral itu.
"Pada intinya, volume, strategi, dan waktu (pelaksanaan) itu semua sudah jadi bagian dari strategi intervensi yang kami lakukan. Tapi karena lawannya adalah pasar, ya kami tidak boleh sampai ketahuan, dan strategi itu sangat rahasia," ujar Dody di kantornya, Kamis (1/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Dody memastikan, intervensi yang dilakukan BI telah dilakukan sesuai dengan arahan langsung dari Gubernur BI Agus D.W Martowardojo. Selain itu, tingkatan intervensi yang dilakukan juga terus disesuaikan dengan kondisi pergerakan pasar.
"Tergantung pada seberapa besar perubahan nilai tukar yang terjadi, itu semua kami tentu akan meresponnya. Tentu nanti juga disesuaikan dengan cadev yang dimiliki," katanya.
Meski rupiah menguat tipis di hari ini, bila dibandingkan dengan 1 Februari lalu, kurs rupiah bisa dibilang terpuruk cukup dalam. Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI mencatat, kurs rupiah kala itu hanya Rp13.402 per dolar AS.
Sementara itu, posisi cadev sebesar US$131,98 juta per 31 Januari 2018. Adapun BI baru akan mengumumkan posisi cadev per akhir Februari di 7 Maret 2018 mendatang.
Namun, Dody bilang, seberapa besar kucuran cadev yang digunakan BI untuk intervensi rupiah sejatinya tak serta-merta terlihat dari perubahan posisi cadev. Posisi cadev, menurut dia, dipengaruhi oleh banyak hal pula, tak hanya untuk intervensi rupiah oleh BI.
"Karena cadev banyak variabelnya, misalnya untuk pemerintah bayar utang, bayar bunga utang, ada pula dari penerimaan ekspor migas, hingga kemarin, pemerintah baru terbitkan green sukuk US$3 miliar, itu merubah posisi cadev juga," jelasnya.
Ke depan, Dody memastikan bahwa BI akan terus menjalankan perannya sebagai regulator moneter untuk menjaga stabilitas kurs rupiah melalui intervensi ke pasar.
(agi)