Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengimbau seluruh nasabahnya untuk melaporkan transaksi mencurigakan, terutama apabila mengakibatkan dana nasabah hilang.
Dengan demikian, perusahaan bisa segera melakukan pemblokiran. "Kami harap, nasabah proaktif saja apabila ada transaksi yang dirasa tidak dilakukan oleh yang bersangkutan," ujarnya, Selasa (20/3).
Hal ini sekaligus mengantisipasi maraknya skimming (pencurian data) dengan menyalin informasi kartu ATM/debit seperti yang belakangan dialami oleh sejumlah nasabah bank.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak terkecuali nasabah Bank Mandiri. Belasan orang nasabah Kantor Cabang Pembantu Bank Mandiri di Surabaya, Jawa Timur, mengaku saldo rekeningnya berkurang tiba-tiba.
Namun, saat ini, lanjut Tiko, kasus dugaan skimming di Surabaya telah dilaporkan ke aparat yang berwajib.
Ke depan, perusahaan akan terus melanjutkan transisi penggunaan pita magnetik ke chip untuk seluruh kartu debitnya. Dengan demikian, risiko skimming bias ditekan.
Sebelumnya, perusahaan mengklaim baru 10 persen atau 1,5 juta kartu ATM/debit yang menggunakan teknologi chip. Artinya, 90 persen sisanya masih menggunakan pita magnetik.
"Kami sudah berkonsultasi dengan Bank Indonesia (BI), dalam tiga hingga empat tahun akan kami selesaikan (transisi ke teknologi chip). Kami menunggu penyelesaian Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) karena (kartu chip) itu akan disesuaikan dengan GPN," katanya.
Secara terpisah, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Maryono mengungkapkan perseroan terus berupaya mencegah terjadinya skimming dengan mempelajari teknologi terbaru.
Di saat bersamaan, perseroan juga meningkatkan keamanan di masing-masing ATM maupun mesin Electronic Dana Captured (EDC) untuk mencegah terjadinya kejahatan skimming.
"Untuk BTN sampai sekarang kami belum kena (kejadian skimming)," terang dia.
(bir)