Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia terperosok sekitar satu persen pada perdagangan Rabu (28/3), waktu Amerika Serikat (AS), menyusul dirilisnya data peningkatan persediaan minyak AS sepanjang pekan lalu.
Dilansir dari Reuter Kamis (29/3), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni merosot US$0,7 menjadi US$68,76 per barel. Sementara itu, harga Brent untuk kontrak awal bulan Mei yang akan kedaluwarsa Kamis ini turun US$0,58 atau 0,8 persen menjadi US$69,53 per barel.
Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei sebesar US$0,87 atau 1,3 persen menjadi US$64,38 per barel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data Badan Administrasi Informasi Energy AS (EIA), stok minyak mentah AS meningkat menyusul kenaikan impor bersih sebesar 1,1 juta barel per hari (bph). Persediaan pada hub pengiriman Cushing, Oklahoma, juga melejit 1,8 juta barel.
"Pasokan minyak mentah di Cushing, Oklahoma mulai terisi kembali yang cenderung bersifat menurunkan harga, tetapi jalan untuk kembali mendekati level pasokan normal masih panjang," ujar partner Again Capital LLC John Kilduff di New York.
EIA juga mencatat peningkatan produksi minyak mentah AS pekan lalu yang menyentuh rekon tertinggi baru sebesar 10,433 juta bph. Produksi melejit hampir 25 persen selama dua tahun terakhir melampaui level 10 juta bph.
Kondisi ini membuat AS mampu menyalip eksportir minyak raksasa dunia Arab Saudi, dan bakal segera menyusul produsen minyak terbesar di dunia yakni Rusia yang mampu memproduksi sekitar 11 juta bph.
Penurunan harga minyak pada Rabu kemarin terjadi meskipun Arab Saudi mengumumkan tengah bekerja sama dengan Rusia dalam menyusun kesepakatan jangka panjang. Hal itu merupakan upaya pengendalian pasokan minyak mentah dunia oleh negara pengekspor terbesar dalam beberapa tahun.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan kepada Reuters pada Selasa (27/3) lalu, Riyadh dan Moscow tengah mempertimbangkan untuk memperpanjang aliansi jangka pendek terkait pemangkasan produksi yang dilakukan sejak awal Januari 2017 setelah kejatuhan harga minyak.
Kerja sama yang jangka waktunya bisa berkisar 10 hingga 20 tahun itu kemungkinan dapat mengatur pertumbuhan potensial pasokan minyak dunia.
Diskon harga minyak mentah AS terhadap Brent melebar sebesar US$5,22 per barel, terbesar sejak 24 Januari 2018 lalu.
"Biaya pengeboran di AS menjadi sedikit lebih murah dan hal itu menjadi salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan melebarnya selisih antara Brent dan WTI," ujar Ahli Strategi Investasi Regional Bank Wealth Management AS Mark Watkis di Salt Lake City, Utah.
Berdasarkan hasil survei Federal Reserve Bank Dallas yang dirilis Rabu kemarin, rata-rata harga impas untuk melakukan pengeboran di sumur baru di AS berkisar antara US$47 hingga US$55 per barel, bergantung dari wilayahnya.
Harga minyak mentah Brent telah menanjak lebih dari empat persen sejak awal tahun ini. Harga Brent juga naik selama tiga kuartal berturut-turut, terpanjang sejak akhir 2010 dan awal 2011, setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) melakukan pemangkasan produksi sejak awal tahun lalu.
(lav)