Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia tergelincir pada perdagangan Senin (19/3), waktu Amerika Serikat (AS). Penurunan tersebut terjadi seiring pasar saham Wall Street yang terperosok lebih dari 1 persen. Selain itu, investor sektor energi juga khawatir terhadap pertumbuhan pasokan minyak mentah meskipun tensi antara Arab Saudi dan Iran sedikit menopang harga.
Dilansir dari Reuters Selasa (20/3), harga minyak mentah berjangka Brent turun tipis sebesar US$0,16 atau 0,2 persen menjadi US$6605 per barel.Penurunan sedikit lebih dalam terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intemediate (WTI) sebesar US$0,28 atau 0,5 persen menjadi US$62,06 per barel.
"Pasar modal jelas menjadi faktor penggerak di balik pergeseran (harga minyak) hari ini," ujar Analis Teknis United-ICAP Brian LaRose di Jersey City.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
LaRose mengungkapkan sejak pembukaan perdagangan, pasar saham AS telah terpukul cukup kencang.
Indeks saham utama Wall Street merosot lebih dari 1,5 persen seiring kekhawatiran investor terhadap perang dagang dan saham Facebook yang menyeret sektor teknologi. Sebagai catatan, pergerakan harga minyak dunia semakin bergerak bergandengan dengan pasar modal akhir-akhir ini.
Di sisi lain, Analis Price Future Group Phil Flynn mengungkapkan kuatnya permintaan memcegah harga minyak lebih terperosok lebih dalam.
"Kita terus membicarakan soal produksi minyak shale, tapi (produksi minyak shale) ini tidak banyak terlihat pada persediaan global yang terus dalam kondisi ketat," ujar Flynn di Chicago.
Kendati demikian, kenaikan jumlah rig pekan lalu tetap menjadi penahan kenaikan harga oil. Jumat lalu, perusahaan pelayanan energi Baker Hughes menyatakan pengebor minyak AS menambah empat rig minyak pekan lalu membuat jumlah rig minyak di AS naik menjadi 800.
"Dengan level harga minyak saat ini, aktivitas pengeboran, dan pada akhirnya produksi, di AS kemungkinan bakal naik lebih jauh," ujar para analis Commerzbank dalam catatannya.
Produksi minyak mentah AS telah melonjak lebih dari seperlima sejak pertengahan 2016 menjadi 10,38 juta barel per hari (bph).
Harga minyak pada Jumat lalu juga sempat menanjak setelah Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan bahwa kerajaan bakal mengembangkan senjata nuklir jika Iran, rivalnya, melakukan hal yang sama.
"Pekan ini bakal ada penentuan harga yang mempertimbangan beberapa risiko geopolitik dengan berkunjungnya pangeran mahkota Arab Saudi yang kemungkinan besar akan memberikan banyak berita utama melawan Iran dan kesepakatan sanksinya," ujar analis Petromatrix Olivier Jacob, merujuk pada kesepakatan Iran untuk menghapus sanksi yang dikenakan terhadapnya dengan kompensasi berupa pembatasan program pengembangan nuklir.
Presiden AS Donald Trump kerap mengkritik kesepakatan tersebut yang meningkatkan kemungkinan bahwa AS bakal menghentikan keringanan sanksi tersebut.
Sementara, Inggris, Perancis, dan Jerman telah mengajukan sanksi baru dari Uni Eropa terhadap Iran terkait program pengembangan rudal balistik dan peranannya pada perang Suriah.
(lav)