Batam, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) berharap
peringkat utang asing (
sovereign credit rating) Indonesia terus menanjak, seiring dengan berbagai kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah. Antara lain, reformasi di sektor riil, reformasi di sektor riil, revolusi di bidang usaha, dan insentif fiskal.
"Revolusi di bidang perizinan akan menjadi sangat efisien dan tidak hanya di Jakarta, tapi di daerah-daerah dan di kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang akan diresmikan," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Batam, Jumat (13/4).
Kemudian, insentif fiskal, yaitu pemberian tax allowance dan tax holiday kepada industri yang sudah dipilih oleh pemerintah. Untuk tax holiday, pemerintah telah menambah penerima insentif menjadi 17 sektor industri dengan 154 sektor turunannya dan waktu pemrosesannya pun dipercepat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini akan membuat kami optimis ke depan akan terus bisa meningkatkan peringkatnya," tutur Agus.
Sebelumnya, Moodys Investors Service meningkatkan peringkat utang asing jangka panjang menjadi Baa2 dari semula Baa3, dengan prospek stabil. Hal ini ditopang oleh kerangka kebijakan fiskal dan moneter Indonesia yang semakin kredibel dan efektif untuk mendorong stabilitas makroekonomi.
"Penekanan kebijakan yang efektif pada stabilitas ekonomi makro meningkatkan ketahanan terhadap guncangan," papar laporan hasil pengumuman peringkat di laman resmi Moody's.
Agus memandang pemerintah berhasil menjaga defisit fiskal tidak melebihi 2,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2017. Sementara, tahun ini, pemerintah memprediksi defisit fiskal sebesar 2,2 persen terhadap PDB.
"Kemudian, BI diberikan pujian karena dapat mengelola kebijakan moneter secara hati-hati dan konsisten menjaga risiko eksternal," imbuh dia.
Sejauh ini, ada tiga lembaga pemeringkat internasional lainnya yang memberikan peringkat utang asing di level Baa2, yaitu Fitch Ratings, Rating and Investment Information Inc (R&I), dan Japan Credit Rating Agency, Ltd (JCR).
(bir)