Jakarta, CNN Indonesia --
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) masih membukukan rugi pada kuartal pertama tahun ini sebesar US$64,3 juta atau sekitar Rp884,5 Miliar (kurs JISDOR akhir Maret 2018 Rp13.756 per dolar AS).
Kendati masih rugi, jumlahnya sudah turun dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$101,2 juta atau sekitar Rp1,35 triliun (kurs JISDOR akhir Maret 2017 Rp13.321 per dolar AS).
Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury mengatakan peringatan pariwisata
(travel warning) akibat
erupsi Gunung Agung oleh sejumlah negara pada awal 2018 menjadi salah satu penyebabnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kinerja rute internasional khususnya sektor penerbangan menuju Bali dari sejumlah negara seperti Jepang, Korea, dan Cina masih belum pulih hingga akhir Februari 2018," papar Pahala, Kamis (3/5).
Kemudian, kenaikan harga bahan bakar
(fuel) dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS juga ikut menambah beban perusahaan.
Seperti diketahui, mata uang rupiah masih terus melemah terhadap dolar AS. Pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (3/5), rupiah ditutup di level Rp13.939 per dolar AS.
Namun begitu, Pahala mengatakan perusahaan berhasil menekan kerugian dengan meningkatkan pendapatan operasional perusahaan sebesar 7,9 persen menjadi US$983 juta dari sebelumnya yang hanya US$910,7 juta.
"Ini menjadi momentum tersendiri bagi perusahaan untuk terus memperkuat kinerja operasional di tengah iklim industri penerbangan yang kurang kondusif pada periode Januari sampai Maret 2018 yang merupakan periode
low season," ungkap Pahala.
Berdasarkan catatan perusahaan, jumlah penumpang yang terangkut
(passanger carried) dalam tiga bulan pertama tahun ini meningkat lima persen menjadi 8,8 juta. Tak hanya itu, kargo yang terangkut juga meningkat 3,2 persen menjadi 111,9 ribu ton.
"
On Time Performance (OTP) mencapai 88,8 persen atau meningkat dibandingkan catatan capaian OTP pada tahun lalu sebesar 86,5 persen," sambung Pahala.
Dalam hal ini, anak usaha ikut berkontribusi meningkatkan pendapatan Garuda Indonesia, di mana terjadi peningkatan pendapatan anak usaha sebesar 28,4 persen dan pendapatan kargo naik 9,1 persen menjadi US$61,3 juta.
Menurut Pahala, perusahaan menargetkan dapat meraup untung US$8,7 juta pada akhir tahun ini. Kemudian, Garuda Indonesia Grup melalui Sky Beyond 3.5 menargetkan keuntungan US$170 juta dan jumlah penumpang diangkut mencapai 45 juta orang.
(agi)