Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) menilai pelemahan
nilai tukar rupiah tak akan membawa pengaruh signifikan terhadap industri jasa pengiriman logistik.
Wakil Ketua Umum Asperindo Budi Paryanto mengatakan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga menyentuh level Rp14.000 tak akan berpengaruh besar terhadap kegiatan usaha riil selama harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak meningkat.
"Kalau bagi kami belum terlalu, tapi cepat atau lambat pasti akan berdampak kepada naiknya biaya-biaya," kata Budi di Jakarta, Selasa (8/5).
Menurut Budi, hal yang harus diwaspadai adalah kenaikan harga BBM karena akan mempengaruhi biaya transportasi dan sebagian besar industri mengandalkan transportasi, mulai dari mengantar bahan baku sampai distribusi produk ke seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak tahu apakah dalam waktu dekat pemerintah akan melakukan evaluasi BBM, mengingat katanya (BBM) tidak akan naik sampai enam bulan kedepan," tutur Budi.
Namun, Ia mengingatkan saat itu kondisi rupiah masih berada di kisaran Rp13.500, sementara saat ini nilai tukar rupiah terdepresiasi sampai Rp14.042.
"Semua mengandalkan transportasi, berarti BBM yang harus diperhatikan, kalau harga dolar naik tapi angka BBM tetap ya artinya itu relatif tidak terlalu berdampak pada kami," ucap Budi.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan tidak ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada periode April hingga Juni 2017. Keputusan tersebut dilakukan setelah mengamati perkembangan rata-rata harga minyak dunia.
Dengan demikian, harga jual jenis BBM tertentu dan jenis BBM khusus penugasan terhitung mulai 1 April 2017 pukul 00.00 yakni subsidi minyak tanah senilai Rp2.500 per liter, minyak solar (subsidi) Rp5.150 per liter, dan bensin premium RON 88 seharga Rp6.450 per liter.
(lav)