Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pertanian
Amran Sulaiman mengeluhkan anomali yang terjadi di sektor pangan Indonesia. Dia mencontohkan, harga
bawang di tangan konsumen yang bisa melonjak berkali-kali lipat dari harga produsen.
Amran menyebutkan, harga bawang merah di tingkat produsen hanya berkisar Rp10 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram (kg). Namun, harga yang diterima konsumen bisa mencapai Rp30 ribu per kilogram (kg).
"Artinya apa? Ada (kenaikan harga bawang merah) 300 persen. Ini tidak boleh dibiarkan," ujar Amran saat menghadiri Rapat Koordinasi dengan Serap Gabah Petani (Sergap) dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Badan Urusan Logistik (Bulog) di Kantor Pusat Bulog, Rabu (9/5).
Melihat hal itu, Amran menilai struktur pasar harus diubah dengan memangkas rantai pasok. Lembaga yang dapat membantu dalam memangkas rantai pasok dan membantu stabilisasi harga tak lain adalah Bulog.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari mengungkapkan rantai pasok bawang merah memang cukup panjang. Rantai pasokan dimulai dari petani yang menjual kepada penebas. Setelah itu, penebas menjual kepada pengepul untuk selanjutnya dijual ke pedagang besar di pasar induk. Setelah itu, bawang merah dibeli oleh pengecer untuk dijual ke konsumen akhir.
"Dari masing-masing mata rantai itu, marginnya paling sebesar Rp1.000-Rp2.000, Yang paling tinggi ambil marginnya yaitu dari pengecer yang mengambil ke pasar induk. Itu bisa tinggi sekali bisa Rp10 ribu bahkan Rp15 ribu per kg," ujarnya.
Berdasarkan informasi yang diperolehnya bersama Kementerian Perdagangan, tingginya margin yang diambil pengecer bisa disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya untuk menutup ongkos transportasi dan penyimpanan.
"Alasannya (pengecer), 'Saya kan membeli hanya satu kwintal, dua kwintal. Kemudian, belum tentu laku satu hari, dua hari, kadang-kadang bisa satu minggu. Jadi itu untuk menanggung bawang merah yang busuk harganya harus sekian' seperti itu," ujarnya.
Juwari mengungkapkan saat ini harga normal bawang merah di pedagang pengecer berkisar Rp20 ribu hingga Rp22 ribu. Jika harga lebih tinggi kisaran tersebut, Juwari menduga pengecer mengambil untung lebih banyak.
Menurut Juwari, guna menekan harga bawang merah pemerintah bisa membantu dengan memangkas rantai pasok dengan melibatkan Bulog. Dengan demikian, petani bisa menghindari tengkulak dan pengecer yang mengambil untung berlebih.
Pemerintah juga dapat membantu dalam menyediakan gudang penyimpanan bahan pangan. Dengan demikian, distributor atau pengecer bisa menghemat biaya penyimpanan.
Selain itu, pedagang juga seharusnya membeli bawang merah kering bukan bawang basah yang berisiko cepat busuk.
"Bawang merah basah itu kalau disimpan dua hari saja sudah busuk," ujarnya.
Pemerintah, lanjut Juwari, juga bisa mengatur harga terendah yang dibeli dari petani dan harga tertinggi yang ditawarkan kepada konsumen.
"Jadi, petani tidak dirugikan dengan harga yang terlalu rendah dan di bawah biaya produksi petani," ujarnya.
Lebih lanjut, Juwari memastikan pasokan bawang merah aman untuk periode ramadan dan lebaran mengingat beberapa daerah lumbung bawang sudah mulai panen seperti di Demak, Brebes, dan Ngajuk. Karenanya, Juwari optimistis harga bawang merah relatif akan stabil.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata harga bawang merah berukuran sedang di pasar tradisional Indonesia hari ini ada di level Rp36.250 per kg atau turun sekitar 1,63 persen dari harga kemarin.
(lav)