KRISIS MONETER 1998

Mitos Pusaran Krisis Moneter 10 Tahun

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 18 Mei 2018 13:59 WIB
Krisis moneter yang menerjang Asia pada 1998 silam meninggalkan pemikiran di sebagian kalangan bahwa kejatuhan ekonomi terjadi secara musiman.
Krisis moneter yang menerjang Asia pada 1998 silam meninggalkan pemikiran di sebagian kalangan bahwa kejatuhan ekonomi terjadi secara musiman. (REUTERS)
Jakarta, CNN Indonesia -- Krisis moneter yang menerjang Asia pada 1998 meninggalkan pemikiran bahwa kejatuhan ekonomi terjadi secara musiman. Wajar saja, 10 tahun setelahnya, krisis ekonomi kembali terjadi. Bahkan, ketika itu melibatkan hampir negara-negara besar di dunia.

Berkaca dari sana, kemudian berkembang mitos bahwa krisis ekonomi dunia terjadi acap 10 tahun sekali. Sebagian mengklaim krisis ekonomi terjadi tiap 30 tahun sekali.
Penelitian mengenai siklus ekonomi secara mendalam dimulai ketika ekonom sekaligus mantan Menteri Keuangan Austria Joseph Schumpeter menulis jurnal bertajuk The Analysis of Economic Change pada 1935, yang kemudian dihimpun ke dalam kumpulan jurnal berjudul The Review of Economics and Statistics.

Jurnal itu mengobservasi kembali teori yang dilontarkan ekonom Perancis Clement Juglar yang mengatakan siklus investasi bisa terjadi selama tujuh hingga 11 tahun.
Tak hanya itu, ia juga mengindentifikasi teori yang disebut oleh ekonom lain, seperti Joseph Kitchin, di mana siklus terjadi dalam lima tahun dan Nikolai Kodrantiev yang menyebut bahwa siklus ekonomi terjadi 45 hingga 60 tahun sekali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Di Indonesia, krisis ekonomi yang terjadi pada rentang waktu 1997 dan 1998 merupakan salah satu kejadian ekonomi terburuk yang pernah menimpa Indonesia sejak merdeka pada 1945. Krisis ekonomi singkat juga sempat melanda Indonesia pada 2008.

Sekilas, memang krisis tampaknya melanda setiap 10 tahun sekali. Namun, melihat grafik PDB Indonesia, pertumbuhan ekonomi negatif terparah melanda pada 1998. Adapun, penurunan PDB juga terjadi pada 1979, 1986 hingga 1987, dan 2001.

Mitos Pusaran Krisis Moneter 10 Tahun (EMBARGO)Data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. (CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi).

Dari segi PDB, Indonesia tak terpapar parah akibat krisis global 2008. Boleh dibilang, kondisi itu hanya riak-riak kecil dibanding dengan krisis moneter 1998. Artinya, siklus pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa dibilang cukup sporadis dan tak beraturan.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengatakan hal ini bisa terjadi lantaran sebagian krisis ekonomi yang melanda Indonesia berasal dari faktor eksternal.

"Karena ada faktor eksternal, maka belum tentu siklus tahunan terjadi 10 tahun sekali. Siklus memang ada, tapi rentangnya berbeda-beda," ujarnya. kepada CNNIndonesia.com.

Menurut dia, ada perbedaan cara pandang untuk menakar krisis ekonomi di masa lalu dan masa kini. Pada masa lampau, krisis bisa disebabkan oleh kondisi internal dan merupakan kejadian ekonomi yang natural.


Namun, saat ini, krisis ekonomi bisa disebabkan oleh dampak sistemik dari negara lain, termasuk dampak kebijakan politik yang diambil segelintir negara.

Ambil contoh kebijakan Presiden AS Donald Trump dalam melancarkan perang dagang saat ini tentu bisa berimbas krisis ekonomi jika tidak ditengahi sesegera mungkin. Makanya, ia berpendapat, siklus ekonomi sama sekali tidak bisa diprediksi. Bahkan, hal ini tidak bisa diramal dengan model ekonomi yang canggih melalui pendekatan ekonometrika sekali pun.

"Goncangan saat ini ya disebabkan oleh negara-negara adidaya. Jadi, tentu krisis ekonomi saat ini tidak bisa diramal begitu saja. Dibutuhkan trigger (pemicu). Jika pemicunya kuat, maka terjadilah krisis ekonomi," tutur Ari.

Setelah mengalami krisis ekonomi pada 1998, Indonesia juga dilanda krisis ekonomi pada 1998. Setelah mengalami krisis ekonomi pada 1998, Indonesia juga dilanda krisis ekonomi pada 1998.  (REUTERS)

Ari melanjutkan, gejolak ekonomi juga pernah terjadi sebelum 1998. Hanya saja, itu disebabkan oleh siklus harga komoditas, mengingat Indonesia pernah mengandalkan minyak bumi sebagai komoditas utama pada 1970-an silam.

Menurutnya, masih ada kemungkinan krisis di masa depan bisa terjadi lagi, di mana perang dagang bisa menjadi biang keladinya. Tapi, ia optimistis Indonesia sudah punya daya tahan yang baik. Indonesia punya basis kelas menengah yang cukup banyak dan populasi di atas 250 juta penduduk, sehingga pertumbuhan ekonomi setidaknya masih bisa ditopang oleh konsumsi yang cukup baik.


"Tapi, nanti kalau ada krisis ekonomi gara-gara perang dagang di kemudian hari tentu negara kecil seperti Singapura bisa kena getahnya," terang dia.

Ungkapan Ari diamini oleh Direktur Riset Center of Reform On Economics (CORE) Mohammad Faisal. Ia menyebut secara data historis, siklus ekonomi memang ada. Kendati demikian, rentangnya tak melulu harus 10 tahunan.

Siklus ekonomi seperti ini tak bisa diprediksi. Bahkan, ramalan siklus ekonomi sebenarnya masih menjadi subjek perdebatan antara para ekonom hingga saat ini. Tidak hanya itu, daya tahan ekonomi sebuah negara juga menjadi variabel penentu apakah kondisi pelemahan ekonomi yang terjadi bisa disebut krisis atau bukan.

Meski tak bisa diprediksi, indikasi krisis bisa dilihat secara kasat mata melalui gelagat pelaku pasar modal dan juga tingkat kesehatan utang yang dimiliki oleh sebuah negara.


Ia menuturkan biasanya negara yang rentan krisis memiliki rasio utang yang cukup tinggi, seperti yang terjadi di Yunani dan beberapa negara Amerika Selatan. Sebab, ketika PDB tak menunjukkan perbaikan, maka nasib dalam membayar kembali utang tersebut bisa-bisa menjadi buram.

Selain itu, ketika sebagian besar anggaran negara habis untuk bayar utang, maka pengeluaran pemerintah tak bisa menopang pertumbuhan ekonomi. Artinya, pertumbuhan PDB negara tersebut akan menjadi negatif. Mau tak mau langsung terjebak dalam krisis.

Mitos Pusaran Krisis Moneter 10 Tahun (EMBARGO)Data rasio utang terhadap PDB Indonesia. (CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi).


Faisal menilai salah satu indikator yang menentukan tingkat kesehatan utang adalah rasio utang terhadap PDB (debt-to-GDP) ratio. IMF sendiri menentukan batas aman rasio utang maksimal di angka 49 persen. Sementara, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengatakan batas aman rasio utang terhadap PDB ada di angka 60 persen terhadap PDB.

"Kesehatan tingkat utang bisa digunakan untuk menilai indikasi krisis, tapi masih debatable (diperdebatkan) untuk menilai siklus ekonomi suatu negara," jelasnya.

Mantan Gubernur Bank Indonesia sekaligus mantan Wakil Presiden Indonesia Boediono juga tak percaya dengan siklus krisis ekonomi yang berulang setiap 10 tahun sekali.


Menurut dia, krisis keuangan merupakan fenomena yang jelas tolak ukurnya disertai beberapa indikator yang menyertainya. Oleh karenanya, tak tepat jika kejadian insidentil itu disambungkan dengan siklus dengan jangka waktu tertentu.

"Kalau krisis keuangan 10 tahunan, saya tidak percaya. Tapi kalau 2018 terjadi krisis, itu bukan karena 10 tahunan, itu karena perilaku manusia, bukan perilaku alam," tutur Boediono.

Mantan Gubernur Bank Indonesia sekaligus mantan Wakil Presiden Indonesia Boediono juga tak percaya dengan siklus krisis ekonomi yang berulang setiap 10 tahun sekali. Mantan Gubernur Bank Indonesia sekaligus mantan Wakil Presiden Indonesia Boediono (kiri) juga tak percaya dengan siklus krisis ekonomi yang berulang setiap 10 tahun sekali. (AFP PHOTO / ANASTASIA VRACHNOS)
Ia bilang, bila terjadi krisis, risiko yang datang lebih bersifat sistemik. Artinya, pengaruh krisis muncul dari satu dua gangguan yang kemudian menular ke keseluruhan sistem keuangan.

"Barangkali kalau terjadi risk (risiko), perhatikan sistemik. Karena begitu dilepas, itu seperti kreasi berantai, tidak bisa dihentikan lagi. Karena masalahnya psikologis," imbuhnya.

Meski masih belum bisa diprediksi secara ilmiah, siklus ekonomi 10 tahunan kini sudah menjadi mitos yang tak bisa terlepas pasca Indonesia mengalami tekanan pada 1998. Bisa jadi, krisis kembali terjadi di masa depan. Hanya saja, ia belum menampakkan batang hidungnya. (bir/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER