Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan
Sri Mulyani berharap melesatnya impor
barang konsumsi selama April 2018 hanya terjadi sementara akibat faktor musiman (
seasonal).
"Saya harap ini sifatnya
seasonal. Dalam artian, ini hanya (karena) mendekati puasa, Lebaran dan mungkin berbagai
event-event internasional yang mungkin menyebabkan meningkatnya konsumsi barang impor," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (15/5).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor barang konsumsi sepanjang bulan lalu tercatat US$1,51 miliar atau melesat 25,86 persen secara bulanan dan 38,01 persen secara tahunan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani berharap kenaikan impor barang konsumsi nantinya dikompensasi oleh kinerja ekspor. Meskipun hanya tumbuh 9,01 persen secara tahunan, menurut Sri Mulyani, kinerja ekspor masih cukup bagus.
"Selama ini, kami tentu berharap pertumbuhan ekspor masih bisa dipacu lebih banyak tetapi ini menunjukkan suatu perbaikan," ujarnya.
Kendati demikian, Sri Mulyani mengakui kinerja ekspor ke depan masih bisa lebih baik apabila ada diversifikasi, baik dari sisi komoditas ekspor maupun daerah tujuan ekspor.
"Inilah yang selalu diminta Presiden (Joko Widodo) kepada para menteri untuk bisa mengembangkan terutama produk ekspor manufaktur yang bisa kompetitif di dunia," katanya.
Di saat bersamaan, pemerintah juga akan berupaya untuk melanjutkan proses industrialisasi di Indonesia melalui berbagai kebijakan untuk meningkatkan investasi dan kinerja industri. Misalnya, pemberian insentif maupun fasilitas fiskal, seperti
tax holiday, tax allowance, maupun insentif lain.
"Ada insentif untuk industri kecil dan padat karya, untuk industri yang berorientasi ekspor, dan ada yang untuk investasi yang di bawah Rp500 miliar. Kami juga akan memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan yang melakukan pelatihan
vocational dan riset untuk menambah kemampauan mereka mendiversifikasi produknya," ujarnya.
Terlebih, momentum geliat industri sudah terlihat yang tercermin dari melesatnya impor bahan baku dan barang modal.
Sepanjang bulan lalu, impor bahan baku mencapai US$11,96 miliar atau melonjak 33 persen dibandingkan April 2017 dan barang modal melesat 40,81 persen menjadi US$2,62 miliar.
"Ini menggambarkan kebutuhan dari industri atau kebutuhan dari aktivitas ekonomi dalam negeri meningkat sangat besar. Artinya positif. Intepretasinya adalah sektor industri sedang bergerak dan terkonfirmasi dengan orang mengimpor barang baku dan barang modal," jelasnya.
Secara umum, Sri Mulyani menilai kinerja neraca perdagangan April yang tercatat defisit US$1,63 miliar menjadi cambuk bagi pemerintah untuk bekerja lebih baik lagi.
"Hasil dari (neraca perdagangan) ini memberikan pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk kerja lebih cepat dan keras di dalam memperbaiki neraca eksternal kita di industri, termasuk komoditas dan daerah tujuan ekspor. Kami siap melakukannya," pungkasnya.
(agi)