Jakarta, CNN Indonesia --
PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI) menyebut terdapat tujuh investor asing yang berminat membangun proyek
Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) besutan perseroan. Ratu Prabu memperkirakan total nilai proyek LRT tersebut mencapai Rp415 triliun.
Direktur Utama Ratu Prabu Burhanuddin Bur Maras mengatakan bahwa tujuh perusahaan itu terdiri dari enam perusahaan asal China dan satu dari Korea Selatan. Burhanuddin menyebut telah mengundang ketujuh perusahaan itu untuk berdiskusi.
"Proyek ini kontraknya sebagai kontraktor dan investor, jadi kontraktornya harus mendanai juga," ucap Burhanuddin, Rabu (16/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajemen Ratu Prabu akan menunggu proposal proyek dari masing-masing perusahaan yang berminat maksimal Juni 2018. Setelah itu, Ratu Prabu akan melakukan kajian selama dua hingga tiga bulan.
"Kami pilih yang paling baik dari segi teknis dan keuangannya, mereka harus menggunakan alat tercanggih di dunia," kata Burhanuddin.
Untuk itu, manajemen Ratu Prabu akan langsung mengunjungi negara asal masing-masing investor yang berminat menjadi kontraktor dan mendanai pembangunan LRT tersebut.
"Kami akan periksa, tidak percaya begitu saja. Misalnya kami akan kirim tim ke China apakah peralatan yang bisa diapakai atau tidak," jelas Burhanuddin.
Terkait dananya, Burhanuddin memastikan tidak menggunakan bantuan pemerintah sedikitpun. Pasalnya, perusahaan asing yang bekerja sama dengan Ratu Prabu nantinya akan membawa pinjaman dari negara masing-masing.
"Misalnya yang menang dari Korea Selatan, maka perusahaan itu harus sediakan dananya dari Korea Selatan misalnya The Export-Import Bank of Korea (Korea Eximbank)," tandas Burhanuddin.
Nantinya, Ratu Prabu berencana membuat usaha patungan
(Joint Venture/JV) bersama beberapa pihak yang ikut berkecimpung dalam proyek LRT ini. Ia mencontohkan perusahaan konsultan Amerika Serikat (AS) bernama Bechtel Corporation dan perusahaan asing yang dipilih oleh Ratu Prabu.
"Ratu Prabu akan bentuk usaha baru yang tangani proyek ini (LRT)," imbuh Burhanuddin.
Gendeng Asuransi InggrisSecara terpisah, Direktur Keuangan Ratu Prabu Energi Gemilang Zaharin mengatakan pihaknya juga akan menggandeng perusahaan asuransi asal Inggris untuk mengasuransikan proyek LRT untuk memberikan kepercayaan kepada pemberi utang.
"Perusahaan asuransi asal Inggris sudah memberikan tawaran ke kami, mereka menjamin kredit karena kami tidak punya aset untuk menjamin pinjaman sebesar itu. Jadi penjaminnya adalah asuransi," papar Gemilang.
Pada kuartal I 2018, jumlah aset Ratu Prabu hanya meningkat tipis sebesar 0,4 persen menjadi Rp2,51 triliun dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2017 sebesar Rp2,5 triliun.
"Kami pernah juga proyek lain, tidak cukup aset lalu pakai asuransi untuk jaminan dan cair," jelas Gemilang.
Ia menambahkan, jumlah pinjaman kredit kemungkinan besar tidak akan langsung Rp415 triliun karena pengerjaan proyek dilakukan melalui tiga fase. Untuk fase pertama sendiri dibutuhkan dana sebesar Rp94 triliun.
"Panjang fase satu 115 kilometer (km), total seluruh fase 485 km," terang Gemilang.
Lebih rinci, jalur untuk fase pertama yaitu Kota-Sudirman, fase kedua di sekitar jalan Daan Mogot, dan fase ketiga menghubungkan Jakarta Barat-Jakarta Utara menuju Bandara Soekarno Hatta.
(agi)