Jakarta, CNN Indonesia --
Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap
Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku
bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) di level 4,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengungkapkan kenaikan suku bunga acuan BI akan berdampak negatif pada pergerakan saham, karena berpengaruh terhadap permintaan kredit.
"Karena (kenaikan suku bunga acuan BI) berefek banyak ke perusahaan, ke kreditnya," terang Tito, Kamis (17/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tito bahkan berpendapat kenaikan suku bunga acuan BI saat ini tidak lagi ampuh untuk membuat nilai tukar rupiah menguat. Hal ini karena momentum kenaikan untuk mendorong laju rupiah melalui suku bunga acuan sudah lewat.
"Apakah tujuannya hanya menambah permintaan rupiah supaya menguat, saya rasa tidak lagi," tegas Tito.
Menurutnya, BI telah kehilangan kesempatan karena beberapa negara telah menaikkan suku bunganya lebih dulu. Misalnya saja, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5 persen-1,75 persen pada Kamis (22/3).
Setelah itu, bank sentral China bernama The People's Bank of China (PBOC) ikut menaikkan sebesar lima bps menjadi 2,55 persen dari sebelumnya 2,5 persen.
"Ini kan proses panjang, dunia sudah naik. Detik ini dampak sudah ada dan mungkin jangan-jangan kalau sekarang naik justru memberatkan," papar Tito.
Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan membuka ruang untuk menaikkan suku bunga acuan BI jika memang pergerakan ekonomi ke depan mengharuskan untuk melakukan penyesuaian tersebut.
"BI tak menutup ruang kenaikan suku bunga BI 7DRRR, kebijakan ini dilakukan dengan berhati-hati dan mengacu perkembangan terkini dan perkiraan ke depan," kata Agus beberapa hari lalu.
(agi/lav)