Potensi Melimpahnya Pasokan Tekan Harga Minyak Mentah

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 05 Jun 2018 07:36 WIB
Harga minyak dunia merosot lebih dari dua persen pada perdagangan Senin (4/6), dipicu aksi jual pelaku pasar di tengah kenaikan produksi minyak mentah AS.
Ilustrasi. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia merosot lebih dari dua persen pada perdagangan Senin (4/6), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan dipicu oleh aksi jual pelaku pasar di tengah kenaikan produksi minyak mentah AS, potensi kenaikan pasokan global dan memanasnya tensi perdagangan.

Dilansir dari Reuters, Selasa (5/6), harga minyak mentah berjangka Brent terperosok dua persen atau US$1,5 per barel menjadi US$75,29 per barel.

Pelemahan juga dialami oleh harga minyak mentah berjangka AS West Teas Intermediate (WTI) sebesar US$1,06 atau 1,6 persen menjadi US$64,75 per barel. Selama sesi perdagangan, WTI sempat tertekan ke level US$64,75 per barel, terendah sejak 10 April 2018.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Ketika harga minyak mulai keluar dari level US$65,5 per barel, laju percepatan akan benar-benar dimulai. Pelaku pasar tidak sepenuhnya meyakini bahwa reli harga akan berlanjut," ujar Analis RJO Futures Phillip Streible di Chicago.

Kedua harga acuan mendapat tekanan dari ekspektasi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bakal segera mengerek produksinya. Padahal, OPEC dan sekutunya telah menjalankan kesepakatan pemangkasan produksi sekitar 1,8 juta barel per hari (bph) sejak Januari 2017.

Para Menteri negara-negara anggota OPEC dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Aljazair, serta anggota non OPEC Oman menggelar pertemuan informal di Kuwait pada Sabtu (2/6) lalu.


"Kelihatannya beberapa penjual bakal menunda aksinya sebelum akhir pekan dan masuk kembali ke zona penjualan, setelah pertemuan antara Arab Saudi dan produsen negara-negara Timur Tengah lain gagal memberikan ekspektasi tambahan," ujar Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.

Pertemuan resmi OPEC akan digelar pada 22 Juni 2018 mendatang. Sumber Reuters pada bulan lalu memperkirakan OPEC dan sekutunya bakal memutuskan untuk mengerek produksi demi menenangkan pasar di tengah kekhawatiran terhadap pasokan dari Venezuela dan Iran.

Keputusan untuk mengerek pasokan juga dipengaruhi oleh kekhawatiran AS terhadap reli kenaikan harga minyak yang sudah terlalu jauh.

Di AS, produksi minyak mentah terus menanjak. Berdasarkan data Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA), pada Maret lalu, produksi minyak mentah terkerek ke level 10,47 juta bph.


"Ada bahan perbincangan mengenai produksi minyak AS yang naik terus-menerus. Sepertinya saat kita berada di peringatan Hari Pahlawan, kita akan menyentuh puncak harga musiman," ujar Streible.

Sepekan setelah perayaan Hari Pahlawan, kontrak minyak mentah AS merosot sekitar tiga persen setelah terjungkal hampir lima persen pada pekan sebelumnya.

Berdasarkan data Genscape, selama periode 2 Mei - 1 Juni 2018, persediaan minyak mentah di hub penyimpanan Cushing, Oklahoma naik sebesar 210.046 barel. Para pelaku pasar yang melihat data tersebut menilai kenaikan persediaan di titik pengiriman minyak mentah AS itu berpotensi menjadi sinyal penurunan harga (bearish).

"Tarif perdagangan antara Uni Eropa, Meksiko, dan Kanada serta friksi AS dengan China juga membebani harga minyak," ujar Presiden Blue Line Futures Bill Baruch di Chicago.

Menteri Perekonomian Meksiko menyatakan Meksiko akan bergabung dengan Uni Eropa untuk membuat Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) turun tangan terhadap kebijakan pengenaan tarif AS untuk produk impor aluminium dan baja. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER