Harga Minyak Dunia Tertekan Penurunan Permintaan di China

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 11 Jun 2018 07:31 WIB
Harga minyak dunia merosot tipis pada perdagangan pekan lalu yang dipicu, antara lain kenaikan produksi di AS dan penurunan permintaan di China.
Harga minyak dunia merosot tipis pada perdagangan pekan lalu yang dipicu, antara lain kenaikan produksi di AS dan penurunan permintaan di China. (REUTERS/Stringer).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia merosot tipis pada perdagangan pekan lalu. Pelemahan harga minyak dipicu oleh berbagai faktor di antaranya penurunan permintaan dari China, kenaikan produksi Amerika Serikat (AS), termasuk koreksi ke bawah proyeksi harga dari JP Morgan.

Dilansir dari Reuters, Senin (11/6), harga minyak mentah berjangka Brent merosot 0,5 persen sepanjang pekan lalu menjadi US$76,46 per barel. Secara harian, harga Brent turun US$0,86 atau 1,1 persen.

Penurunan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar 0,3 persen sepanjang pekan lalu menjadi US$65,74 per barel. Secara harian, harga WTI melandai US$0,21.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selama tiga pekan terakhir, harga minyak telah merosot dari harga tertinggi dalam tiga tahun terakhir dipicu oleh sentimen terhadap kenaikan pasokan.

Akhir pekan lalu, harga minyak mendapatkan tekanan dari data permintaan China yang menunjukkan pelemahan dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan produksi AS.

Impor minyak mentah China pada Mei lalu melemah dibandingkan bulan sebelumnya. Hal itu seiring masuknya periode perawatan dari kilang pelat merah di China.


Impor minyak mentah China di Mei lalu tercatat 39,05 juta ton atau sekitar 9,2 juta barel per hari (bph). Sebagai pembanding, bulan sebelumnya, impor minyak mentah China mencapai 10,8 juta bph.

Di AS, produksi minyak mentah telah mencapai 10,8 juta bph pada pekan terakhir bulan lalu. Pengebor minyak AS telah menambah satu kilang pada pekan yang berakhir 8 Juni 2018 lalu.

Dengan demikian, jumlah kilang yang beroperasi di Negeri Paman Sam saat ini mencapai 862 kilang, tertinggi sejak Maret 2015.


Kenaikan produksi AS telah membuat selisih harga WTI dan Brent mencapai US$11 per barel, terlebar sejak 2015.

Komisi Perdagangan Berjangka Komoditi AS (CFTC) menyakatan bahwa manajer keuangan dan investasi telah memangkas taruhan pada kenaikan harga (bullish) harga minyak mentah AS berjangka untuk pekan yang berakhir 5 Juni 2018.

Selanjutnya, JP Morgan juga memangkas proyeksi rata-rata harga minyak mentah WTI tahun ini sebesar US$3 menjadi US$62,2 per barel. Bank asal AS ini menyatakan tensi geopolitik dan risiko gangguan pasokan dapat mendorong harga lebih tinggi pada paruh kedua 2018.


Namun, harga bakal menurun pada akhir tahun. Tahun depan, JP Morgan memprediksi bahwa kenaikan harga masih terbatas.

Pasar Masih Ketat

Kendati pekan lalu harga minyak melandai, harga Brent masih 15 persen di atas level harga pada awal tahun ini.

Bank investasi AS Jefferies menyatakan pasar minyak masih ketat, dan kapasitas cadangan bisa berkurang dua persen dari permintaan pada paruh kedua 2018, terendah sejak 1984 silam.


Ketatnya pasar dipicu oleh tekanan dari terganggunya pasokan dari Venezuela di mana perusahaan minyak pelat merah PDVSA tengah berupaya menyelesaikan masalah pengiriman 24 juta barel minyak mentah yang menunggu untuk dikirim ke pelanggannya.

Secara umum, harga Brent telah terdongkrak dari kesepakatan pemangkasan produksi minyak mentah sejak tahun lalu yang dilakukan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Rusia.

OPEC dan Rusia bakal bertemu di WIna, Austria pada 22 Juni 2018 mendatang untuk membahas kebijakan produksi.


Pada Jumat lalu, Iran, negara produsen minyak terbesar ketiga OPEC, mengkritik permintaan AS kepada Arab Saudi untuk meningkatkan produksinya demi menutup penurunan produksi dari Iran. Namun, Iran memperkirakan OPEC tidak akan mengabulkan permintaan AS tersebut. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER